Selanjutnya, ada 4 obat yang masih di bawah 100 persen alias defisit hingga akhir Juli 2021.
5. Favipiravir
Estimasi kebutuhan (19,8 juta), total stok (6,8 juta), sehingga kapasitas stok (35 persen).
6. Remdisivir
Estimasi kebutuhan (1,9 juta), total stok (326 ribu), sehingga kapasitas stok (17 persen).
7. Tocilizumab
Estimasi kebutuhan (70 ribu), total stok (2.800), sehingga kapasitas stok (4 persen).
8. Intravenous immune globilon (IVIG)
Estimasi kebutuhan (1,4 juta), total stok (70 ribu), sehingga kapasitas stok (5 persen).
Impor Obat
Untuk memenuhi defisit obat tersebut. Pemerintah mengimpor dari beberapa negara. "Kami carter pesawat untuk bawa obat," kata Luhut.
Untuk Tocilizumab dan IVIG, pemerintah mendorong produsen global seperti Actemra-Roche dan yang lain untuk memprioritaskan suplai produk mereka ke Indonesia. Selain itu, ada juga alternatif suplai dari produsen lain di Cina melalui jalur Special Access Scheme (SAS) dan donasi.
Sementara untuk Remdesivir, pemerintah mengimpor dari India, Bangladesh, Mesir, dan Cina. Para produsen juga diharapkan menambah kuota impor mereka untuk Indonesia.
Terakhir untuk kebutuhan Favipiravir, kata Luhut, pemerintah mempercepat dan menambah produksi dalam negeri. Selain itu, pemerintah juga mendorong distribusi obat secara merata antar daerah untuk mencegah kekosongan.
Baca: Luhut Sebut Jokowi Perintahkan Kementerian Buka Tempat Diklat jadi Lokasi Isoman