TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara memainkan peranan yang sangat penting dalam pembiayaan utang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Sukuk negara, kata dia, sekaligus menjadi instrumen yang sangat penting dan stabil dan dipercaya oleh investor, baik di dalam negeri maupun dari luar negeri.
"Sukuk negara juga berperan dalam menciptakan pendalaman pasar, memperluas basis investor dan menciptakan juga edukasi mengenai instrumen investasi yang aman" kata Sri Mulyani dalam pembukaan konferensi internasional Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah(KNEKS) yang disiarkan secara virtual Kamis, 15 Juli 2021.
Dia mengatakan dari tahun ke tahun, volume dan kontribusi SBSN dalam pembiayaan APBN mengalami kenaikan dari semua hanya Rp 4,7 triliun pada awal kita terbitkan sukuk SBSN pada 2018. Saat ini SBSN telah mencapai Rp 360 triliun tahun 2020.
"Apabila kita bandingkan dengan penerbitan SBN biasa, maka sukuk negara berkontribusi sekitar 20-30 persen dari penerbitan surat berharga negara setiap tahunnya," ujarnya.
Dengan demikian secara kumulatif total volume SBSN dalam jangka 2018 sampai Juni 2021, kata dia, telah mencapai Rp 1.810,02 triliun atau US$ 124,49 miliar.
Sedangkan outstanding pada 1 Juli 2021 adalah Rp 1.075,83 triliun atau US$ 73,99 miliar."Hal ini merepresentasikan 19 persen dari total outstanding SBN secara keseluruhan," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Hingga Juli, Realisasi Penerbitan Sukuk Negara Mencapai Rp 160, 94 Triliun