TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mendukung terbentuknya Holding BUMN aviasi dan pariwisata. Ia berharap holding ini nantinya bisa memetakan banyak potensi wisata yang belum dioptimalkan.
"Kami betul-betul antusias menyambut holding ini. Pada suatu saat kita berharap holding ini bisa IPO dan bisa jadi bagian perusahaan publik yang dimiliki bangsa kita," ujar Sandiaga dalam konferensi pers, Senin, 12 Juli 2021.
Ia meyakini langkah tersebut bisa menciptakan pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, dengan kebijakan yang komprehensif, tersinkronisasi, dan terorkestrasi dengan lebih baik.
"Kami sudah memberi masukan ke Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) dan PMO pak Edwin Abdullah. Dan karena itu menyakut beberapa perusahan besar, seperti Angkasa Pura, Garuda, hotel, hingga ITDC, ini akan sangat bersinggungan dengan kebijakan kami di Kemenparekraf," ujar Sandiaga.
Ia berharap nantinya holding tersebut pun bisa membuat satu platform sinkronisasi. Sehingga, kebijakan pemerintah bisa selaras dengan program dan langkah yang diambil oleh perseroan. Ia berharap nantinya pemerintah dan perseroan bisa bersinkronisasi menciptakan pariwisata yang berkualitas dan menjadi pandemic winner.
Apalagi, ia mengatakan saat ini masih banyak destinasi pariwisata Indonesia yang belum tereksplorasi. Di sisi lain, ia melihat sejumlah perusahaan di luar negeri justru sudah menawarkan pariwisata luar angkasa.
"Saya terbayang kita memiliki banyak destinasi yang belum tereksplorasi, sekarang ada tawaran wisata berkualitas dan sangat mungkin spesifik dan niche, yaitu pariwisata ke luar angkasa" ujar dia. Karena itu, Sandiaga berharap holding ini bisa mengoptimalkan potensi pariwisata Indonesia.
Holding pariwisata dan penerbangan akan melibatkan enam perusahaan pelat merah dan anak-anak usahanya. Keenamnya adalah PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Inna Hotels & Resorts, PT Sarinah (Persero), Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), serta Taman Wisata Candi (TWC). Adapun PT Survai Udara Penas ditunjuk sebagai induk holding.
Rencana holding pariwisata terangkum dalam dokumen paparan dan diskusi karyawan yang disosialisasikan sejak Oktober 2020. Berdasarkan paparan tersebut, rencana holding akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah inberg atau setoran modal dari enam perusahaan yang akan dilakukan pada kuartal IV 2020.
Kemudian tahap kedua berupa restrukturisasi portofolio yang akan berlangsung pada 2021 hingga 2022. Nantinya akan terbentuk empat klaster dalam holding pariwisata dan penerbangan.
Klaster pertama, yakni bandara, akan beranggotakan Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Kemudian klaster kedua ialah klaster penerbangan yang meliputi Garuda Indonesia dan Pelita Air Service.
Klaster selanjutnya, yaitu klaster manajemen perjalanan bakal beranggotakan ITDC, TWC, Inna Hotel & Resorts, Aerowisata, dan Garuda Indonesia Holiday France. Keempat, klaster servis aviasi dan logistik berisi Gapura Angkasa, Angkasa Pura Solusi, GMF AerAsia, Garuda Indonesia Kargo, Angkasa Pura Kargo, Aero Express, Angkasa Pura Supports, Aerofood ACS, dan Sarinah.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY
Baca Juga: Kebijakan Holding Ultra Mikro Dinilai Akan Mematikan Koperasi Milik Masyarakat