Hal itu disebabkan adanya kekhawatiran penerapan lockdown akibat melonjaknya kasus Covid-19. Adapun terkait rencana rights issue BNI dapat menjadi sentimen negatif, tetapi juga bisa menjadi sentimen positif untuk sahamnya.
Jika pemegang saham menilai rencana tersebut tidak menguntungkan, maka mereka akan melepas sahamnya. "Hanya kalau hari ini lebih karena kasus Covid-19 yang melonjak signifikan," katanya, Jumat.
Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan rencana rights issue dalam rapat dengar pendapatan dengan Komisi XI DPR, Kamis.
Dia menjelaskan saat ini likuiditas perseroan terjaga dengan baik. Hal ini tercermin dari rasio loan to deposit ratio (LDR) di level 87,2 persen, atau masih dalam koridor yang ditentukan regulator.
Dari sisi rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 18 persen dan modal intinya berada di level 15 persen, atau mendekati level yang dicanangkan oleh regulasi yakni di level 14 persen.
"Kalau dilihat dengan Bank Himbara lainnya ada di kisaran 19-20 persen. Itulah sebabnya kami mencoba mengajukan untuk melakukan rights issue untuk menambah modal tiruan itu supaya bisa mendekati dengan pier-nya di level 18-19 persen. Jadi, kami masih ada gap," katanya.