TEMPO.CO, Jakarta - Mulai awal Juli 2021 mendatang, Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai mengatur ulang pembobotan indeks yang ada di pasar modal dengan menggunakan metodologi free float atau berdasarkan saham yang beredar.
Akan ada 29 indeks yang menyesuaikan bobotnya, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang paling banyak digunakan di Indonesia. IHSG sendiri akan mulai menerapkan metode tersebut pada Oktober 2021 mendatang.
Berdasarkan laporan alokasi aset Mirae Asset Sekuritas Indonesia pada bulan Juni 2021, ditemukan bahwa dengan penerapan metodologi free float tersebut dua saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu BBCA dan BBRI, bobotnya terhadap IHSG akan diubah hingga batas maksimum 9 persen.
“Kami menemukan bahwa dua saham dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu BBCA dan BBRI, harus melihat bobotnya terhadap IHSG yang diubah hingga batas maksimum 9 persen,” tulis Hariyanto Wijaya dalam laporan alokasi aset Mirae Asset Sekuritas, dikutip Minggu 13 Juni 2021.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan kapitalisasi pasar terbesar akan mengalami penyusutan bobot sebesar 2,3 persen berdasarkan perhitungan Hariyanto. BBCA sendiri kini memiliki bobot sebanyak 11,3 persen.
Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) justru akan mengalami peningkatan bobot sebesar 1,6 persen dari yang saat ini memiliki bobot sebesar 7,4 persen. Angka tersebut didapatkan Hariyanto setelah mengubah metodologi pengindeksan yang digunakan IHSG saat ini yaitu 'pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar' menjadi 'disesuaikan dengan saham yang beredar'.