Secara simultan, KCIC juga tengah menyiapkan kebutuhan sumber daya manusia atau SDM yang nantinya akan menjadi pelaksana pengoperasian kereta cepat. Mirza mengatakan perusahaan sedang menyiapkan standar operasional prosedur atai SOP.
“Karena teknologi semua di-adopt dari Cina, jadi kami perlu SOP yang harus disesuaikan,” ujar Mirza. Setelah semuanya rampung, ia berharap kereta cepat bisa segera beroperasi secara komersial untuk mengangkut penumpang pada akhir 2022 atau awal 2023.
Target proyek kereta cepat sempat mundur karena mengalami beberapa kendala, seperti pembengkakan biaya atau cost overrun. Pembengkakan biaya investasi kereta cepat Jakarta-Bandung ini mencapai 23 persen dari nilai awal yang besarnya US$ 6,071 miliar. Cost overrun muncul karena ada beberapa perhitungan studi kelayakan yang tidak akurat.
KCIC pun tengah menghitung ulang pengeluaran yang dibutuhkan dalam proyek kereta cepat guna menekan pembengkakan anggaran. Salah satu komponen yang dikaji adalah kebutuhan sumber daya manusia atau SDM untuk mendukung operasional kereta.
Nantinya, KCIC berencana bermitra dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menghemat sejumlah pos pengeluaran SDM. Menurut Mirza, KAI bakal menyediakan pelatihan-pelatihan untuk calon pekerja kereta cepat lantaran perusahaan kereta api nasional itu sudah memiliki fasilitas training.
Baca: Sempat Terhambat, Rel Kereta Cepat Jakarta-Bandung dari Cina Mulai Masuk RI