Dengan adanya upaya-upaya tersebut, kata Sinthya, maka rasio leverage perseroan menjadi lebih baik dibanding tahun lalu. Tak hanya itu, kemampuan arus kas operasi untuk memenuhi kewajiban pinjaman baik pokok dan bunga pinjaman juga naik secara signifikan di 2020.
PLN juga terus memperbaiki dan membenahi kondisi internal dengan efisiensi strategi oportunistik, yaitu perolehan pinjaman baru dengan tingkat biaya pinjaman yang jauh lebih murah dan tenor lebih panjang dengan memanfaatkan kondisi pasar lokal dan global secara berkelanjutan.
“Di masa pandemi dan krisis global saat ini, kami memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan berbagai efisiensi biaya, perbaikan proses bisnis, dibarengi upaya untuk melakukan berbagai langkah untuk mencari dana murah serta menurunkan cost of fund,” kata Sinthya.
Di samping melakukan voluntary prepayment, sepanjang 2020, PLN juga melakukan diversifikasi pinjaman untuk mendapatkan cost of fund yang paling optimal. Perusahaan pelat merah itu juga mengelola risiko keuangan melalui aktivitas lindung nilai (hedging) sesuai panduan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Di sisi pengelolaan keuangan, pada 2020, melalui program transformasi, PLN juga membangun Cash War Room yang dikelola secara prudent dan dimonitor on daily basis, berfokus pada pengendalian likuiditas melalui berbagai inisiatif yang dijalankan di perusahaan. “Agar PLN lebih agile, adaptif, antisipatif, inovatif, dan kolaboratif dalam rangka menjadikan PLN sebagai perusahaan yang siap bertransformasi menjadi perusahaan yang menang dalam persaingan dan sustainable dalam bisnis dan finansialnya."
Sepanjang tahun 2020, PLN tercatat membukukan laba bersih senilai Rp 5,99 triliun. Angka tersebut naik Rp 1,6 triliun dari laba bersih pada 2019 sekitar Rp 4,3 triliun.
BISNIS
Baca: Utang PLN Capai Rp 649,24 Triliun, Pemerintah Minta Biaya Investasi Dipangkas