Awaluddin menyebutkan penerbangan komersial di wilayah kabupaten dan kota tersebut dibuka perdana dengan adanya Bandara Jenderal Besar Soedirman. "Dengan kata lain, bandara ini merupakan pelopor konektivitas penerbangan komersial di wilayah tersebut."
Saat ini fasilitas sisi udara atau airside telah selesai dibangun. Hal itu meliputi runway berdimensi 1.600 x 30 meter untuk mengakomodir penerbangan pesawat propeller ATR 72-600 dan sejenis, apron seluas 69 x 103 meter dan taxiway dengan lebar 15 meter.
Setelah pembangunan rampung, Kementerian Perhubungan dan Citilink melakukan proving flight, yang berjalan dengan lancar dan sukses. Sementara untuk sisi darat atau landside juga sudah diselesaikan pembangunan terminal penumpang dalam rangka beroperasi secara minimum.
Personel Angkasa Pura II juga akan mendukung operasi bandara. "Antara lain dari unit Aviation Security (Avsec), Apron Movement Control (AMC), dan Airport Rescue and Fire Fighting (ARFF) sudah siap, di samping personel administrasi dan maintenance yang juga sudah siap,” ujar Awaluddin.
Sementara itu, Direktur Utama AirNav Indonesia M. Pramintohadi Sukarno menjelaskan prosedur, SDM, dan safety assessment untuk layanan navigasi bandara ini telah disiapkan. "Semuanya baik dan siap mendukung pengoperasian bandara Jenderal Besar Soedirman yang rencana dioperasikan pada awal Juni 2021," katanya.
Per 1 April 2021 lalu, saat uji coba pendaratan pesawat Citilink ATR 72-600 telah diterapkan prosedur pendaratan berbasis PBN (Perfomance Based Navigation). AirNav Indonesia berharap pengoperasian bandara ini dapat mendukung pertumbuhan penerbangan di selatan Jawa dan berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
BISNIS
Baca: Stafsus Erick Thohir Ungkap Cara Menyelamatkan Garuda dari Utang Rp 70 T