TEMPO.CO, Jakarta - Petani Jagung di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Sugiyanto pindah haluan bertani porang setelah melihat informasi tanaman tersebut lebih menjanjikan.
Belakangan tanaman Porang memang tengah naik daun dan jadi primadona di kalangan petani, harganya yang mahal dan pembudidayaannya yang tidak terlalu sulit membuat sejumlah petani memilih membudidaya tanaman keluarga talas itu.
Sebelum bertani Porang, seperti dilansir dari Joglosemarnews Sugiyanto biasanya menanami lahan seluas 2.500 meter persegi miliknya dengan benih jagung lantaran kondisi lahannya berada di tegalan. “Lalu dari lihat HP, kok tertarik dengan porang. Kelihatannya menjanjikan. Akhirnya pingin ujicoba tanam Porang ini. Ini yang pertama kalinya saya tanami porang,” kata pria 60 tahun ini pada Minggu, 16 Mei 2021, seperti dikutip Tempo dari Teras.ID Senin 24 Mei 2021.
Lahan seluas 2.500 meter persegi tersebut Sugiyanto tanami bibit Porang dengan jumlah sekitar 1.150 bibit. Bibit dengan harga Rp 40 ribu per kilogramnya itu didapatkan Sugiyanto dari wilayah Dlingo, Purwodadi.
Kini usia tanaman Porang Sugiyanto telah lewat semusim atau lebih dari setahun, hanya menunggu beberapa bulan lagi percobaan peruntungan Sugiyanto akan menuai hasil. Sebagian besar batang tanaman Porang miliknya telah roboh ke tanah pertanda sudah tua.
Selain umbinya, petani Porang juga dapat memetik laba dari penjualan “katak”, umbi kecil yang muncul di sekitar pelepah batang. Sugiyanto telah memanen katak dari lahannya sebanyak 2 kilogram, meskipun kecil, harga katak Porang cukup mahal hingga Rp500 ribu per kilogramnya. Sementara untuk umbi Porang, Sugiyanto menuturkan harganya di kisaran Rp8.500 sampai Rp9.000 per kilogramnya.
Diperkirakan laba kotor yang didapat Sugiyanto saat panen besar nanti sekitar Rp27 juta, hasil tersebut dihitung dari jumlah tanaman 1.100 dengan estimasi 3 kilogram per umbi, alias 3 ton lebih dan dikalikan dengan harga Rp9.000 per kilo. “Satu pohon bisa menghasilkan 3 kilogram umbi,” tutur Sugiyanto.
Melihat kondisi tanaman Porangnya, Sugiyanto rencananya akan panen besar pada Juli mendatang. Jarak antara masa tanam dengan masa panen tersebut menurut Sugiyanto tergantung ukuran bibit umbi Porang saat ditanam.
“Kalau bibitnya besar, 7 bulan bisa panen umbi. Tapi kalau bibitnya kecil bisa dia tahun baru panen. Kemarin saya jual kayak 2 kilo itu sudah didatangi bakul sendiri ke sini. Nggak perlu susah-susah jual,” kata Sugiyanto.
Sugiyanto menuturkan, untuk membudidayakan Porang dirinya tidak banyak mengeluarkan biaya, sebab tanaman umbi-umbian kerabat Suweg ini tidak butuh air banyak dan cukup dipupuk dengan pupuk kandang saja. Namun bukan berarti bukan tanpa aral melintang, Sugiyanto menilai menanam Porang gampang-gampang susah, apalagi ada tantangan penyakit jamur batang.
“Tapi juga gampang-gampang susah. Karena ada tantangan penyakit jamur batang yang membuat batang bisa busuk,” kata Sugiyanto.
Petani 60 tahun ini pindah haluan dari petani jagung beralih menanam Porang lantaran ingin memperbaiki pendapatan yang jauh lebih besar ketimbang menanam jagung. Bila panen Juli mendatang sukses, Sugiyanto berniat untuk mengembangkan lahan yang lebih luas dan mengajak petani lain ikut menanam Porang.
“Juga ingin mengajak warga dan petani lain untuk bisa ikut nanam porang biar bisa lebih maju,” kata Sugiyanto.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Porang Primadona Baru Pasar Ekspor, Permintaan dari Luar Negeri Terus Meningkat