TEMPO.CO, Jakarta – Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, memprediksi sejumlah tren perusahaan migas pasca-pandemi Covid-19. Ia memperkirakan hingga 2021 ini, banyak perusahaan migas yang melakukan merger dan akuisisi.
“Penjualan lapangan-lapangan migas menjadi hal yang wajar dilakukan. Merger dan akuisisi diantara perusahaan migas akan sering kita dengar selama periode 2020-2021 ini,” ujar Arcandra melalui media sosial Instagramnya yang telah terverifikasi, @arcandra.tahar, Senin, 24 Mei 2021.
Arcandra menjelaskan, migas merupakan salah satu sektor usaha dengan kebutuhan modal yang memiliki risiko yang juga sangat besar. Selama pandemi Covid-19, ada dua risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan migas.
Pertama, risiko produksi migas dari sebuah lapangan yang tidak sesuai dengan rencana awal. Sedangkan kedua, adalah risiko harga minyak. Arcandra mengungkapkan tidak ada lembaga, perusahaan, dan pemimpin negara yang bisa memprediksi arah harga minyak ke depan.
“Seperti saat awal pandemi Covid-19, harga minyak sempat negatif, peristiwa pertama dalam sejarah minyak dunia,” kata dia.
Menurut Arcandra, kejatuhan harga minyak tersebut membuat banyak perusahaan di hulu dan hilir bangkrut. Untuk mengelola risiko itu, perusahaan migas akan mengatur kembali rencana bisnisnya.