Faktor eksternal meliputi perubahan kebijakan fiskal moneter di negara maju yang pasti menimbulkan spillover khususnya Amerika Serikat baik dalam bentuk inflasi dan suku bunga global yang berujung pada volatilitas nilai tukar serta capital flow.
Kemudian disparitas laju pemulihan ekonomi dunia juga akan menyebabkan perubahan atau dinamika antar negara termasuk dari sisi stimulus maupun kemampuan untuk memperoleh vaksin Covid-19.
Selanjutnya, pemulihan dari beberapa negara besar dalam perekonomian seperti Cina, Amerika Serikat dan Eropa akan membuat harga komoditas mengalami peningkatan yang sangat kuat.
“Ini seperti yang terjadi 2009 di mana akan memunculkan boom komoditas yang harus diantisipasi baik positif maupun negatifnya,” ujarnya.
Menurut dia, berbagai faktor eksternal tersebut akan sangat mempengaruhi kondisi ekonomi domestik tahun ini dan 2022 serta berimplikasi pada desain APBN ke depan.
Sementara untuk faktor domestik, Sri Mulyani mengatakan pemulihan ekonomi Indonesia masih belum merata baik antar sektor maupun antar daerah.