Bisnisnya cepat membuat para perokok dan pengusaha grosir serta pengecer menjadi pelanggan tetap. Dia bertaruh, perokok akan membayar lebih banyak daripada yang dibayangkan.
Hal ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai perusahaan rokok tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi di Jakarta.
Upaya itu berhasil dan menginspirasi mereka untuk membuka supermarket yang dinamakan Alfa Toko Gudang Rabat. Kedua orang itu kemudian membuka toko Alfa Minimart pada 1994.
"Saya pikir penamaan Sampoerna Mart kurang menjual, kemudian saya menggunakan Alfa, sebuah merek yang lebih dikenal dan teruji," ujar Djoko, seperti dikutip majalah Forbes, Kamis, 24 November 2011.
Pada 2002, Alfa minimart berubah nama menjadi Alfamart. Tapi, kerja sama Djoko dan Sampoerna berakhir pada 2005.
Saat itu, Sampoerna menjual bisnis tembakau, beserta anak perusahaannya (termasuk 70 persen bagian perusahaan Sampoerna yang ada di Alfamart), kepada Philip Morris International dengan nilai lebih dari US$ 5 miliar.