TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Indonesia National Shipowner's Association (INSA) Camelia Hartoto angkat bicara menanggapi kemacetan yang terjadi di Terusan Suez. Ia menilai kemacetan yang terjadi sejak 24 Maret 2021 akibat tersangkutnya kapal Ever Given bakal berimbas pada keterlambatan kedatangan barang ekspor dari Asia ke Eropa.
Penundaan barang tersebut termasuk dari Indonesia, baik yang diangkut oleh kapal tersebut atau oleh kapal operator yang lainnya. Sebaliknya komoditas minyak dari Arabian Gulf ke Eropa dan Mediteranian.
Carmelita menyebutkan sejumlah komoditas yang tertunda adalah ekspor ke Eropa seperti barang barang olahan kayu, mebel, olahan makanan, nikel, tembakau, dan lainnya.
"Kalau national shipping tidak terkena dampak, karena kapal nasional kita tidak ada yang rute ke Eropa," ujar Carmelita, Senin, 29 Maret 2021. Ia juga mengaku antisipasi kerugian akibat penundaan tersebut bakal cukup sulit dilakukan.
Sebab, menurut dia, peristiwa itu terjadi akibat dari cuaca. Di wilayah tersebut juga sering terjadi sandstorm atau badai gurun.
Saat ini sejumlah pemilik dan operator kapal juga berbagai pihak sedang berupaya keras untuk mengevakuasi kapal tersebut dalam waktu dekat dengan mengerahkan kapal salvage.
Carmelita memperkirakan, jika kemacetan di Terusan Suez tak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, maka dampak kerugian bisa lebih besar. "Bila kapal-kapal harus berputar melalui tanjung harapan di Afrika Selatan," ucapnya.
Adapun dalam perkembangan terakhir, kapal kontainer raksasa yang memblokir Terusan Suez berhasil digeser sebagian. Perkembangan ini jadi langkah pertama untuk membuka jalur pelayaran penting dunia tersebut.
BISNIS
Baca: Pendapatan Terusan Suez Diperkirakan Capai US$13,2 Miliar