“Penyebabnya karena penambahan kasus Covid-19 yang terus meningkat, dan ini menunjukkan ternyata pengendalian yang dilakukan selama ini belum efektif dan efisien,” ucapnya. Secara keseluruhan, Nico memproyeksikan indeks akan bergerak di kisaran 5.800 – 5.945 pada pekan awal Februari.
Walhasil, sejumlah emiten yang sebelumnya menunjukkan pergerakan kenaikan harga drastis akibat sentimen-sentimen pemulihan ekonomi terkena imbasnya. “Ketika pasar gegap gempita akan ekspektasi dan harapan, harga saham bergerak di luar fundamental dan valuasinya,” kata Nico.
Beberapa saham emiten yang dimaksud antara lain PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Itama Ranoraya (IRRA), dan PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS). “Selama ini KAEF dan IRRA menanjak karena sentimen vaksinasi, lalu BRIS karena penggabungan bank syariah BUMN,” ujarnya.
“Namun akhirnya ketika sentimen itu habis mereka akan kembali ke harga fundamentalnya, terbukti saham-saham tersebut mengalami auto reject bawah (ARB) dalam sepekan terakhir.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Anugerah Zamzami Nasr mengungkapkan pergerakan pasar ke depan juga masih akan dipengaruhi oleh sejumlah data, seperti data makro ekonomi hingga laporan keuangan emiten.