TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Perhubungan memastikan penggunaan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada, yakni GeNose, di moda transportasi akan diterapkan secara bertahap. Pada etape pertama, Kementerian berencana memberikan izin untuk angkutan kereta api jarak jauh.
“Bertahap dulu, kita mulai dari kereta api yang penggunanya masyarakat umum, lebih luas,” ujar Juru Bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, saat dihubungi Tempo, Minggu, 24 Januari 2021.
GeNose C19 merupakan alat pendeteksi virus corona yang dikembangkan para peneliti di UGM dan baru-baru ini telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan. Pengambilan sampel dari GeNose C19 berasal embusan napas.
Baca Juga: Didorong Luhut, Budi Karya Tempatkan GeNose di Stasiun Kereta Mulai 5 Februari
Menurut situs resmi UGM, GeNose diklaim bisa mendeteksi Covid-19 lebih cepat dengan lama waktu pendeteksian sekitar 80 detik. Tarifnya pun diperkirakan lebih murah, yaitu Rp 20 ribu satu kali tes dengan akurasi lebih dari 90 persen.
Adita mengatakan Kementerian tengah menunggu persetujuan dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19 terkait rencana penggunaan GeNose di simpul-simpul transportasi. Kementerian saat ini juga belum memiliki aturan resmi terkait pemanfaatan alat deteksi tersebut.
“Saat ini syarat perjalanan penumpang transportasi umum jarak jauh kami rujuk dari SE Satgas Nomor 3 Tahun 2021,” tutur Adita.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan GeNose akan digunakan di moda transportasi kereta api dalam waktu dekat. “Alat ini akan mulai digunakan pagi pengguna transportasi umum kereta api pada 5 Februari,” tutur Budi Karya.
Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendorong GeNose digunakan oleh masyarakat luas. Dia berharap GeNose dapat mempercepat pengetesan Covid-19 sehingga pemerintah dapat mencegah penyebaran virus corona secara efektif.
“GeNose dapat membantu pemerintah dalam melakukan upaya 4T (testing, tracing, tracking, treatment),” kata Luhut.