Pada hari terakhir perdagangan kemarin, IHSG tercatat turun 0,95 persen ke level 5.979. Posisi tersebut melemah 5,09 persen dibandingkan penutupan akhir 2019 di level 6.299. Sebaliknya, kurs rupiah ditutup menguat 80 poin di level Rp 14.050 per US$ dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.130 per US$.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan sepanjang 2020, otoritas pun telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga daya tahan dan mengendalikan volatilitas pasar modal akibat gejolak perekonomian yang terdampak pandemi.
“Kami telah mengeluarkan banyak kebijakan pre-emptive dan luar biasa untuk tetap menjaga kepercayaan dan stabilitas pasar, serta memberikan ruang bagi sektor riil untuk bertahan dan menjaga fundamentalnya,” kata Wimboh.
Beberapa kebijakan tersebut antara lain pelarangan short selling, pemberlakuan trading halt untuk penurunan 5 persen dan asymmetric auto rejection, pemendekan jam perdagangan bursa, dan buyback saham oleh emiten tanpa melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) dalam kondisi pasar yang berfluktuasi. “Kami berharap capaian tahun ini dapat menjadi katalis positif untuk mendorong kinerja pasar modal di tahun depan dan berkontribusi pada bangkitnya kondisi perekonomian.”
Direktur Utama PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Wilson Sofan mengatakan kinerja pasar modal berpeluang terus melaju di tahun depan dengan sejumlah sentiment penentu. Pertama, terkait dengan melimpahnya likuiditas di pasar keuangan, terutama stimulus penanggulangan Covid-19 di Amerika Serikat yang mencapai US$ 900 miliar.
“Ini akan membuat likuiditas pasar keuangan semakin deras dan diharapkan mengalir ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia,” ucapnya. Walhasil, penanaman modal oleh investor asing di 2021 diproyeksi bakal melonjak, dibandingkan dengan posisi yang saat ini.