Adapun untuk tahun ini, beberapa sektor korporasi masih relatif baik di tengah pandemi seperti komoditas pertambangan, sektor makanan dan minuman.
“Barang-barang yang affordable di market dan dikonsumsi khalayak. Food and beverage dan konsumer, pertambangan, komoditas yang kami lihat demandnya cukup sehat,” katanya.
Silvano juga menyebutkan dengan kolaborasi kebijakan pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia, harapan ekonomi tumbuh pada 2021 semakin besar.
Tahun depan BNI akan fokus pada sektor-sektor yang akan mengalami pemulihan di antaranya pertanian, informasi, komunikasi, jasa, kesehatan, kegiatan sosial dan jasa pendidikan sudah menunjukkan pemulihan di kuartal III 2020.
Selain itu, sektor perdagangan, transportasi, pergudangan, makanan dan minuman juga diperkirakan akan pulih lebih cepat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan adanya vaksin.
“Dengan begitu, juga dengan sektor-sektor yang lain seperti pengolahan, manufaktur, kalau latar belakang tadi bisa terjadi, sektor yang tadi bisa bergerak bertumbuh sesuai dengan permintaan masyarakat,” katanya.
Silvano menegaskan Indonesia masih memiliki potensi besar dengan berbagai sektor unggulan yang tidak dimiliki negara lain.
Namun tetap dibutuhkan kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi ini, agar ketika krisis berakhir segmen korporasi bisa pulih lebih cepat karena multiplier effectnya sangat besar.
“Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, kebijakan BI dan OJK sepanjang pandemi pun sangat membantu seperti perpanjangan restrukturisasi kredit.
Berdasarkan survei yang dilakukan secara internal, kata dia, sebagian besar debitur mengaku butuh waktu untuk bisa memperbaiki kondisi bisnis akibat pandemi.
Walhasil, lanjut dia, upaya regulator untuk membantu perbankan dan pelaku bisnis, dampaknya bisa dirasakan.
“Sejalan dengan restrukturisasi dan sebagaimana strategi di tengah pandemi kami ambil langkah pre emptif pencadangan aset. Sehingga rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI hingga kuartal III 2020 berada di level di atas 200 persen,” katanya.
ANTARA
Baca juga: BNI: Transaksi Isi Ulang Uang Elektronik Melonjak 19,7 Persen Saat Pandemi