Bima menyebutkan jumlah jam kerja standar untuk menangani PR crisis adalah 65 jam. Namun, dalam kerja sama dengan Jouska tersebut, jumlah jam kerja membengkak dan mengerek biaya jasa yang dikenakan.
Adapun total jam kerja yang dijalani Tim Media Buffet untuk manajemen krisis untuk Jouska lebih dari 100 jam kerja. Total jam kerja itu mulai dari periode fact finding dan wawancara dengan advisor Jouska, koordinasi dengan tim pengacara, hingga mendampingi Aakar dalam konferensi pers tanggal 1 September 2020.
“Waktu ada pelaporan dari nasabah ke Polda, Aakar juga meminta kami untuk cek ke sana, lalu ikut mendampingi juga, sehingga saat itu secara total 65 jam itu sudah habis dan terus tambah,” tutur Bima.
Di akhir periode, jumlah tagihan yang dibebankan kepada Aakar atau Jouska adalah Rp 202 juta di luar down payment yang telah diberikan. Biaya itu meliputi jasa pendampingan dan manajemen krisis, hingga biaya operasional seperti sewa hotel dan konsumsi untuk konferensi pers.
Dengan memasukkan sejumlah biaya itu, Bima menyebutkan total tagihan yang harus dibayarkan Jouska sekitar Rp 290 juta. "Itu kami sudah diturunin. Kalau jamnya nggak lebih, mungkin sekitar Rp 190 jutaan," ucapnya. Total tagihan itu juga sudah didiskon banyak karena mengecualikan biaya hotel, misalnya. "Hotel, makanan, harusnya di-reimburse karena semua pakai uang kami."
Bima menyebutkan, pada saat pihaknya menagih pembayaran ke Jouska, Aakar meminta keringanan untuk membayar dan meminta perpanjangan termin penagihan dengan alasan belum memiliki dana. Di tengah periode tersebut, Media Buffet akhirnya mundur sebagai konsultan media Jouska per 2 Oktober. Sebab, pihaknya banyak menemukan kejanggalan dan ketidaksesuaian pernyataan Jouska dengan fakta di lapangan.