Adapun dalam keterangan resminya, Airlangga mengatakan vaksinasi massal ini akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). "Keselamatan jiwa manusia adalah hukum tertinggi, itu yang kami utamakan," kata dia.
Jika sesuai rencana, maka ada 300 juta dosis vaksin untuk 160 hingga 185 juta penduduk. "Angka ini masih sangat dinamis karena masih dalam tahap finalisasi dan sangat tergantung ketersediaan vaksinnya," kata Airlangga.
Sementara itu, ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko tetap meminta pemerintah Indonesia terus mengembangkan uji klinis vaksin Covid-19 sesuai timeline yang telah dibuat. Ia meminta jangan sampai ada faktor lain yang menghambat.
Tri Yunis Miko mengatakan hal itu melalui pernyataan tertulisnya menanggapi isu terkait vaksin Covid-19 Sinovac yang menjadi komoditas politik di Brasil.
Menurut Tri Yunis, hal ini ada kaitannya dengan pernyataan Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang menolak vaksin tersebut.
Sikap Bolsonaro dinilai terkait dengan rivalitas politiknya dengan Gubernur Sao Paolo, Joao Doria. Sao Paolo sendiri adalah wilayah yang ikut bekerja sama dengan Sinovac dalam mengembangkan vaksin lokal di Brasil.
"Indikator vaksin itu dapat dilihat dari tingkat keamanan dan efektivitasnya. Jadi, di luar faktor itu jangan sampai menghentikan proses. Pemerintah sepatutnya terus menjalan uji klinis vaksin," kata dia.
Baca: 5 Fakta tentang Pengembangan Vaksin Covid-19 Buatan Indonesia