Menurut Yukki, dalam hal distribusi vaksin perlu melibatkan pihak yang berpengalaman dan memahami distribusi vaksin. Dia mengklaim selama ini tidak sedikit perusahaan logistik yang telah melibatkan diri dalam distribusi alat kesehatan dan penanganan limbahnya. "Kami sangat siap jika diminta untuk membantu. Terkait rantai dingin, teknologi, monitoring, dan digitalisasinya, kami sangat siap," ujar Yukki.
Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transport Indonesia (PPTMI) Kyatmaja Lookman berujar dalam pengiriman vaksin ke daerah-daerah tidak mungkin diselesaikan dengan satu moda saja, terlebih kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Karena ukurannya kecil dan sifatnya penting, pengiriman dalam jarak jauh akan lebih banyak menggunakan kargo udara.
"Kemudian baru last mile-nya pakai kendaraan kecil (van) atau truk kecil yang berpendingin. Dari Kementerian Perhubungan sudah menanyakan (kesiapan) tapi belum bahas lebih detail tentang titik-titiknya," ujar Kyatmaja. Meski begitu, Kyatmaja mengatakan anggota asosiasi sudah siap apabila pemerintah membutuhkan rantai dingin.
Epidemiolog Universitas Indonesia ( UI) Syahrizal Syarif menuturkan dalam distribusi vaksin ini perlu dikawal ketat. Pasalnya, Syahrizal berujar efektivitas vaksin bisa rusak dalam rantai dingin selama proses distribusinya. Menurut dia, tingkat kemanjuran atau efficacy sebuah vaksin berdasarkan hasil uji di pabrik atau laboratorium.
"Karena dari pabrik ke masyarakat itu perjalananya panjang, bisa jadi terjadi kerusakan vaksin dan sebagainya. Dan mungkin juga ada respons individu yang kemudian tetap tidak terbangun sistem kekebalannya," tutur Syahrizal.
Baca juga: Stafsus Erick Thohir: Tes Swab PCR Indofarma Dibanderol Rp 750 Ribu
VINDRY FLORENTIN | LARISSA HUDA