Adapun PT Kimia Farma Tbk (KAEF) tidak bersedia untuk menjelaskan soal persiapan distribusi tersebut. Tempo telah mencoba menghubungi Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo dan Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno, namun belum mendapatkan respons baik lewat pesan Whatsapp atau pun sambungan telepon.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan pendistribusian vaksin Covid-19 ini perlu kerja bersama dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan logistik swasta. Setidaknya ada 60 persen penduduk Indonesia yang dikabarkan akan mendapaykan vaksin tersebut. Menurut dia, pendistribusian vaksin kali ini sama dengan kerja distribusi vaksin pada masa normal selama 9-10 tahun.
"Tingkat kesulitannya akan jauh lebih tinggi. Kemudian, fasilitas (rantai dingin) yang dimiliki daerah tentunya perlu banyak hal yang disiapkan. Saya yakin, bahkan rumah sakit pun terbatas," tutur Yukki.
Kemudian, Yukki mengatakan dalam distribusi vaksin itu tentunya ada limbah juga yang juga harus diperhatikan, baik itu botol hingga jarum suntik. Selain itu, distribusi juga memerlukan sistem pemantau atau monitoring secara digital.
Belum lagi penanganan vaksin dari setiap pabrik itu berbeda-beda dalam hal distribusinya. "Ini kerja besar. Pemerintah buka saja kesempatan (swasta). Kami berharap anggota kami bisa berpartisipasi," ujar Yukki.