Jumlahnya sekitar Rp 20 juta. Uang inilah yang akan digunakan Suta untuk kebutuhan anaknya yang tahun depan akan masuk ke bangku kuliah. Itu sebabnya, Suta sangat berharap Bumiputera segera memberi kejelasan atas haknya tersebut.
Saat dirinya menanyakan hal ini kepada perusahaan, Suta menyebut pihak Bumiputera hanya memintanya untuk antre sesuai nomor urut yang sudah dibagikan. Masalahnya, nomor antrean ini tak kunjung bergeser-geser juga sejak tahun lalu.
Walhasil, pria dua anak ini akhirnya turun ke jalan bersama dengan nasabah lain. Saat ini, lima orang perwakilan aksi, dipimpin oleh Syakur Usman, sudah masuk ke Kantor Pusat Bumiputera untuk bertemu dengan manajemen. Suta berhadap ada kejelasan dari manajemen setelah pertemuan dengan kelima perwakilan ini.
Sebelumnya, ketika di DPR, pemegang polis lainnya yaitu Muslimatun juga mempertanyakan klaim asuransinya yang tak kunjung cair hingga kini kendati sudah jatuh tempo pada awal tahun lalu. "Selama 17 tahun jadi pemegang polis saya rasa kita tertib membayar. Tidak ada yang lalai, karena kami membangun mimpi buat anak anak kami," ujar Muslimatun dalam rapat bersama anggota Komisi XI DPR RI.
Sementara itu, Bumiputera saat ini diketahui memiliki tunggakan klaim senilai Rp 5,3 triliun saat memasuki 2020. Jumlah tersebut diperkirakan akan menggelembung hingga Rp 9,6 triliun pada akhir tahun ini, dengan catatan perkiraan itu belum memperhitungkan dampak pandemi Covid-19.
Baca: Kisah Nasabah Asuransi Bumiputera Pontang-panting Cari Cara Biayai Sekolah Anak