TEMPO.CO, Jakarta – PT Bank BRI Syariah (Tbk), PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah akan mengincar market untuk penjualan surat utang atau sukuk global setelah ketiganya berhasil melakukan penggabungan atau merger pada Februari 2021.
“Seperti global sukuk, tentu pasarnya cukup banyak,” ujar Ketua Tim Project Management Office (PMO) sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Hery Gunardi dalam konferensi pers yang dihelat secara virtual, Selasa, 13 Oktober 2020.
Saat ini, ia mengakui perbankan syariah di Indonesia masih tertinggal dalam mengeksplorasi pasar sukuk. Padahal, bank syariah memiliki pasar yang besar di negara-negara Islam, seperti di Timur Tengah.
Meski demikian, Hary berkeyakinan ekspansi bank syariah himbara diperkirakan melaju lebih kencang seiring dengan peningkatan pertumbuhan pembiayaan. Pertumbuhan pembiayaan bank syariah atau CGAR rata-rata mencapai 15-17 persen per tahun.
Tiga anak usaha milik bank BUMN telah menandatangani perjanjian penggabungan atau conditional merger agreement (CMA) pada Senin petang, 12 Oktober 2020. Proses merger ini akan menyatukan aset milik BRI Syariah, BNI Syariah, dan Syariah Mandiri yang diperkirakan mencapai Rp 220-225 triliun.
Penandatanganan CMA merupakan tahap awal dari rangkaian proses penggabungan ketiga bank. Selanjutnya, PMO akan mengumumkan rencana merger secara mendetail pada 20 Oktober sembari mengurus izin penggabungan entitas kepada regulator, seperti Otoritas Jasa Keuangan. Sampai 2025, aset ketiga bank ini diperkirakan bisa menembus Rp 395 triliun.