"Contohnya pada dasarnya Indonesia kekurangan tenaga ahli pengkodean. Untuk melahirkan tenaga ahli pengkodean, sekolah kejuruan perlu meningkatkan tidak hanya jumlah tetapi juga (memperbaiki) kurikulum," katanya.
Bambang menilai kurikulum pendidikan kejuruan masih perlu disesuaikan sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi digital saat ini.
Kemudian, talenta lain yang dibutuhkan untuk dapat merangkul era digital 4.0 adalah perlunya SDM seperti insinyur dan juga programmer.
Indonesia, kata Menristek, sebenarnya memiliki banyak SDM yang dimaksud. Tetapi sayangnya, kebutuhan akan insinyur dan programmer lebih tinggi dibandingkan jumlah insinyur dan programmer yang ada saat ini. Akibatnya, Indonesia kerap mendatangkan insinyur dan juga programmer dari luar negeri.
Namun demikian, dalam jangka waktu sedang hingga lama, Indonesia perlu mempercepat upaya menghasilkan insinyur atau programmer yang bertalenta sehingga kebutuhan akan SDM tersebut dapat dipenuhi oleh tenaga lokal.