“Selain itu kami juga melakukan inovasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM,beberapa sektor yang masih berpotensi berkembang di masa ini adalah perdagangan besar/kecil, industri, kesehatan, dan pengusaha online,” ucapnya.
Sementara itu, Chief Executive Officer Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan berujar risiko kredit yang meningkat karena pandemi turut berdampak pada kinerja penyaluran pinjaman baru. Dia mencontohkan pada Januari Akseleran menyalurkan pinjaman Rp 80 miliar, lalu mengalami penurunan tajam hampir 40 persen menjadi Rp 49 miliar pada Mei lalu.
“Dari sisi calon borrower sebenarnya masih banyak, tapi yang lebih terdampak itu dari sisi pemberi pinjaman (lender), mereka lebih khawatir karena ada Covid jadi takut memberikan pinjaman,” ucap Ivan.
Tingkat kepercayaan yang terganggu itu pun terjadi pada lender dari segmen ritel maupun institusional. Namun, seiring dengan adaptasi dan pelonggaran aktivitas ekonomi secara bertahap volume penyaluran pinjaman perlahan mulai kembali pulih.
Juru bicara OJK, Sekar Putih Djarot mengatakan di tengah dampak pandemi, peningkatan angka kredit macet (TPW90) fintech lending sulit untuk dihindarkan. “Peningkatannya masih dalam batas kewajaran, masih dalam batas yang masih bisa diterima, karena risiko pendanaan via peer to peer lending memang tinggi,” katanya.