Dari segi sumber daya alam dan manusia, menurut Warsito, kawasan industri di koridor Pantura dapat difokuskan untuk industri padat karya, serta untuk tipikal pabrik yang berteknologi tinggi dan hemat air. Kementerian pun sebelumnya mengusulkan setiap kawasan saling mendukung rantai pasok, melalui konsep pengintegrasian yang saling menguntungkan.
“Potensi persaingan bisa dihindari melalui penyelarasan dari level nasional melalui Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN), sampai level provinsi maupun kabupaten dan kota,” tuturnya.
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Dody Widodo, pun menargetkan setiap kawasan terpadu berorientasi memperkuat ekspor dan menghasilkan subtitusi impor. “Kawasan koridor Panturan ini nantinya bersaing di tingkat global, seperti dengan Vietnam, Thailand, dan Filipina.”
Pengembangan koridor Pantura didengungkan kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato kenegaraannya pada Senin lalu. Di tengah pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19, Jokowi menyebut Indonesia justru bisa mengambil peluang mengejar ketertinggalan.
Namun, perlu upaya menumbuhkan perekonomian nasional yang pada kuartal pertama tahun masih tumbuh 2,97 persen, namun minus 5,32 persen di kuartal kedua. “Ekonomi negara-negara maju bahkan minus belasan persen, sampai minus 17 persen,” ujarnya.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Hedy Rahadian, mengatakan lembaganya masih terus melebarkan koneksi jalan dari jaringan tol Trans Jawa ke kawasan industri. “Yang sedang dikembangkan misalnya akses ke kawasan industri Batang dan Subang,” ujarnya. Dua wilayah itu sedang difokuskan negara sebagai sasaran relokasi pabrik perusahaan asing yang keluar dari Cina.
VINDRY FLORENTIN | YOHANES PASKALIS
Baca juga: Bahlil Lahadalia: Pemerintah Bisa Gratiskan Sewa Lahan Kawasan Industri Batang