Dalam pemaparannya, Saidiman menunjukkan ada perbedaan penilaian terhadap investasi asing di antara warga perkotaan dan pedesaan, demikian juga antar wilayah DKI Jakarta dan Banten dengan wilayah-wilayah lainnya. Sekitar 42 persen warga kota menganggap investasi asing membawa pengaruh positif, sementara hanya 32 persen warga pedesaan setuju dengan pendapat itu.
Pada DKI Jakarta ditambah Banten, 51 persen warga menganggap investasi asing membawa pengaruh positif. Sementara di Jawa Barat hanya 45 persen warga berpandangan sama. Lalu di Jawa Tengah, Jawa Timur dan provinsi lainnya, persentase warga yang setuju investasi asing membawa efek positif hanya berada di kisaran 30-35 persen.
Perbedaan cara pandang juga terlihat di antara warga berpendidikan rendah dan lebih tinggi, serta antara warga yang berpenghasilan rendah dan lebih tinggi.
Menurut Saidiman secara umum, survei ini menunjukkan warga yang berpendidikan tinggi, berpendapatan tinggi, dan tinggal di perkotaan memiiliki sikap lebih positif terhadap investasi asing. Ini nampaknya terkait dengan kepercayaan diri untuk berkompetisi dengan kehadiran perusahaan asing yang mungkin juga membawa kehadiran pekerja asing.
“Kalangan ini lebih siap untuk berkompetisi dan tidak takut berhadapan dengan tenaga kerja asing,” ujar Saidiman.
Untuk jangka panjang, kata Saidiman, Ini adalah pekerjaan rumah pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja dan pihak-pihak lain yang bertanggungjawab di bidang pengembangan sumberdaya manusia.
“Investasi di bidang pendidikan harus benar-benar dijalankan untuk memperkuat kualitas SDM nasional,” katanya.