TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir cenderung mempertajam fokus masing-masing bank pelat merah daripada membuat holding perbankan yang didorong oleh pendahulunya, Rini Soemarno.
Erick Thohir mengaku ingin setiap bank tetap sehat dan berfokus pada segmen pasar tertentu. Saat ini baru tiga bank BUMN yang memiliki fokus pasar jelas yakni BTN, BRI dan Bank Mandiri.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau BTN misalnya, kata Erick, sudah berada di jalur yang benar dengan berfokus pada pembiayaan perumahan. Ia mengharapkan BTN bisa terus berkembang dengan BUMN di sektor lain.
“Apakah dengan konsep mendorong bersinergi dengan tanah-tanah di BUMN, seperti miliknya KAI, kawasan-kawasan TOD, atau juga dengan Perumnas,” kata Erick Thohir, Kamis, 2 Juli 2020.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI memiliki fokus pada penyaluran kredit di segmen Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM). Sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. berfokus menggarap segmen kredit korporasi.
Lebih jauh, Erick Thohir menilai hanya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI yang belum memiliki fokus bisnis yang kuat. Ia menyebutkan, pilihan berkompetisi dengan Bank Mandiri di segmen korporasi selama ini bukanlah pilihan tepat.
“BNI saya challenge, saya harap BNI bisa menjadi source of international funding, ini contoh saja, baru pemikiran saya. Kalau BNI terus compete sama Bank Mandiri dan yang lain-lain, apa bedanya?” kata Erick Thohir.
Gagasan itu dilontarkan karena Erick Thohir melihat BNI telah memiliki sejumlah kantor cabang di luar negeri yang dapat menjadi modal awal. BNI memiliki cabang di New York - Amerika Serikat, Hong Kong, dan di kota besar lainnya.
Sementara itu, kebutuhan atas bank internasional dengan bendera Indonesia berpotensi meningkat ke depannya. Terlebih, jika melihat potensi pengembangan dan ekspansi bisnis korporasi di Indonesia saat ini.
Lebih jauh Erick Thohir mencontohkan, ketika perusahaan Cina mengakuisisi perusahaan global, pembiayaan untuk akuisisi diberikan oleh bank internasional berbendera Cina. Akuisisi dilakukan dengan kewajiban refinancing dalam 3-4 tahun setelahnya.
“Ini yang kita harapkan, dapat funding murah dari luar negeri untuk pengusaha dalam negeri, tapi juga ketika pengusaha berakuisisi di luar negeri, ada bank yang punya bendera Indonesia untuk mendukung itu,” kata Erick Thohir.
Di luar penajaman fokus empat perusahaan bank tersebut, Erick Thohir juga berencana melakukan penggabungan usaha antara unit usaha syariah maupun anak usaha bank syariah milik Bank BUMN.
Saat ini, tercatat setidaknya ada tiga bank syariah yang sudah melakukan spin off dari induknya, yakni PT Bank BRI Syariah Tbk., PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah. Adapun, di BTN, unit usaha syariah masih menempel dan terkonsolidasikan kepada induknya.
Penggabungan bank dan unit usaha syariah itu dinilai akan menciptakan sebuah bank syariah yang masuk jajaran delapan bank terbesar dari sisi aset. Dengan demikian, kemampuan pendanaan bank syariah akan semakin besar.
“Kalau syariah digabungkan dia bisa menjadi top eight bank yang menjadi alternatif pilihan. Karena yang namanya funding terbuka. Ini yang kita coba lakukan segmentasi yang ada di Himbara supaya tidak kanibal dan memperkaya market-nya,” kata Erick Thohir.
BISNIS