TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memastikan proyek pengembangan kendaraan listrik tetap berjalan. Saat ini, pembangunan infrastruktur pendukung kendaraan nol energi itu terus dilakukan.
"Prinsipnya Indonesia sudah memutuskan membangun atau mendorong penggunaan kendaraan listrik," ujar Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin melalui konferensi virtual, Senin petang, 15 Juni 2020.
Ridwan menjelaskan ada tiga alasan yang melatari Indonesia berkukuh mendorong transformasi kendaraan dari bahan bakar konvensional ke listrik hemat energi. Pertama, negara ingin mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM).
Kedua, pemerintah Indonesia berupaya mengembangkan sarana transportasi yang ramah lingkungan. Dengan begitu, upaya untuk mengurangi pembakaran BBM merupakan salah satu pilihan.
Adapun ketiga, negara harus memanfaatkan kapasitas infrastruktur listrik yang sudah terpasang. Di samping itu, Ridwan mengatakan Indonesia memiliki kelebihan ketersediaan bahan baku baterai lithium sebagai bahan bakar kendaraan listrik.
Saat ini, Indonesia memiliki pabrik baterai lithium yang dipusatkan di kawasan industri Morowali dan Konawe. Dengan begitu, ia berharap Indonesia bisa menjadi pemain dalam produksi sarana penunjang kendaraan listrik. Ridwan mengatakan, nantinya dampak pengembangan kendaraan listrik di Indonesia akan memunculkan produsen-produsen dalam negeri.
Selanjutnya, untuk mengakselerasi pertumbuhan kendaraan listrik, Indonesia juga akan memberikan kemudahan dalam bentuk insentif. "Kami dorong agar (industri) dapat dimudahkan mendapat kendaraan dari luar dalam jumlah dan periode waktu tertentu supaya dapat dilakukan sesuai rencana," ucapnya.