TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Permata Bank Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia memangkas BI 7 Day Repo Rate sebesar 25 basis poin ke level 4,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini. Menurut dia, pemangkasan suku bunga acuan tersebut mempertimbangkan beberapa indikator makroekonomi.
"Pertama, inflasi hingga akhir tahun 2020 diperkirakan akan tetap stabil di bawah kisaran 3 persen, masih dalam target sasaran inflasi BI tahun ini di kisaran 3±1 persen," kata Josua saat dihubungi, Selasa, 19 Mei 2020.
Terkendalinya inflasi tahun 2020 ini, kata dia, dipengaruhi dampak negatif dari Covid 19 terhadap perekonomian, di mana potensi perlambatan ekonomi domestik termasuk penurunan laju konsumsi rumah tangga sehingga akan membatasi tekanan demand pull inflation.
Baca Juga:
Kedua, menurutnya, BI mempertimbangkan perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek yang cenderung stabil ditunjukkan dengan volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata menurun. Hal itu terindikasi dari one-month implied volatility yang menurun menjadi 15 persen dari bulan Maret yang lalu sebelumnya sempat meningkat ke kisaran 33 persen.
Ketiga, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang lebih rendah dari perkiraan BI dan pemerintah sehingga mendorong BI untuk memanfaatkan ruang penurunan suku bunga acuan pada RDG bulan ini. Menurutnya, dampak Covid-19 yang cukup signifikan pada kuartal I-2020 mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II dan III juga masih berpotensi tertekan.
Penurunan daya beli masyarakat yang terindikasi dari rendahnya inflasi dari sisi permintaan, perlu direspons dengan penurunan suku bunga acuan BI sehingga dapat mendukung proses pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19.
Saat ini suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 4,5 persen.
Adapun analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga memperkirakan BI lebih cenderung kepada menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 bps. "Hal itu demi mendukung kelancaran pada kinerja di sektor rill sehingga membuat kinerja pertumbuhan ekonomi kita lebih sustainable," kata dia.
Sedangkan Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan BI hanya punya pilihan menahan atau menurunkan suku bunga acuan. Apalagi suku bunga global sudah Lebih dulu turun hingga mendekati nol.
"Saya perkirakan BI akan menahan penurunan suku bunga pada bulan ini. BI baru akan menurunkan suku bunga bulan depan bersamaan dengan pelonggaran aktivitas sosial, berdamai dengan wabah Covid-19," ujar dia.
Dia menilai dengan pembatasan aktivitas ekonomi akibat wabah, tekanan inflasi juga terus menurun. Artinya tidak Ada faktor yang bisa menjadi alasan BI menaikkan suku bunga. BI, kata dia, justru memiliki ruang yang cukup besar untuk menurunkan suku bunga.
HENDARTYO HANGGI