TEMPO.CO, Jakarta - Pembangkit Listrik Tenaga Uap atau PLTU Paiton 1 dan 2 yang berlokasi di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diserang ribuan ubur-ubur sejak Sabtu pekan lalu, 25 April 2020. Peristiwa ini merupakan kali kedua setelah serangan yang sama pernah terjadi pada 2016 lampau.
General Manager PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton 1 dan 2 Mustofa Abdillah mengatakan manajemen telah menyiapkan langkah khusus untuk menjaga agar penyediaan listrik yang memiliki daya tampung 800 megawatt itu tidak terganggu. “Berkaca pada pengalaman 2016 lalu, kali ini kami lebih siap dan metode-metode yang telah kami lakukan tersebut telah terbukti berhasil," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu, 29 April 2020.
Mustofa menjelaskan, untuk menangani serangan itu, manajemen menggunakan metode kehati-hatian dan ramah lingkungan agar biota laut tersebut tidak masuk ke mesin pembangkit sehingga kelestariannya terjaga. Ia menerangkan, perseroan memasang tiga lapis pengaman berupa jaring.
Adapun jaring pertama di pasang di canal intake atau tempat masuknya air laut yang berfungsi sebagai pendingin kondensor unit pembangkit. Jaring-jaring ini berfungsi sebagai pengaman pertama untuk mencegah ubur-ubur masuk ke dalam canal intake.
Selanjutnya, jaring pengaman kedua ditempatkan di wilayah pompa. Keberadaan jaring ini dipasang agar ubur-ubur tidak tersedot pompa.
Kemudian jaring pengaman ketiga dipasang di depan area mesin untuk mencegah ubur-ubur masuk ke dalam komponen mesin dan mengganggu operasional PLTU. Dari langkah tersebut, hingga Selasa, 28 April pukul 10.00 WIB, ubur- ubur masih tampak banyak di sekitar canal intake, namun bisa dikendalikan.
Selain melakukan pengamanan internal, perseroan turut menggandeng nelayan di sekitar di unit pembangkit untuk melakukan penanganan terhadap serangan ubur-ubur. Mustofa mengatakan, sebanyak 15 nelayan di tujuh kapan dikerahkan untuk menjala ubur-ubur agar dapat digiring dan dilepaskan ke tengah laut.
“Personel ditempatkan di titik penempatan jaring untuk menghalau potensi masuknya ubur-ubur ke area unit pembangkit Paiton,” ujarnya Mustofa.
Direktur Utama PJB Iwan Agung Firstantara mengakui kejadian ini bukan hal yang mudah bagi perseroan. "Karena serangan ubur-ubur ini terjadi pada saat pandemi Covid-19 dan di tengah bulan Ramadan. Namun kami berkomitmen untuk mengatasi kejadian ini," ujarnya.
Executive Vice President Corporate Communication dan CSR PLN
I Made Suprateka menerangkan, serangan ubur-ubur itu umumnya terjadinya karena adanya perubahan cuaca. "Kalau fenomena 2016 lalu karena saat itu cuaca dingin tengah melanda perairan Australia sehinggamemicu biota laut ini bermigrasi ke Laut Jawa dan Selat Madura," ucapnya.