TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI memperkirakan berlakunya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan menekan angka inflasi selama masa Ramadan. Biasanya pada periode tersebut inflasi meningkat seiring dengan tingginya permintaan masyarakat selama bulan puasa.
"Memang biasanya di Ramadan meningkat, tapi kan ada pembatasan sosial," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam siaran langsung, Kamis, 9 April 2020.
Di samping itu, Perry juga melihat pemerintah telah mengimbau agar masyarakat tidak melakukan mudik untuk menekan penyebaran Virus Corona. Sehingga, di samping berdampak kepada kesehatan, kebijakan itu juga dinilai berimbas kepada perekonomian, khususnya angka inflasi.
"Dari berbagai pertimbangan itu memang biasanya Ramadan naik, tapi kenaikannya akan lebih rendah daripada periode normal. Karena ada pembatasan sosial ketika Covid," tutur Perry.
Sejauh ini, Bank Indonesia memastikan bahwa harga-harga bahan pokok di pasar sejauh ini terkendali dan rendah. Hal tersebut tecermin dari hasil survei pemantauan harga di 46 kantor cabang BI di seluruh Indonesia. Dengan terkendalinya harga bahan pokok itu, Bank Indonesia memperkirakan angka inflasi tetap rendah pada April 2020.
"Berdasarkan survei pemantauan harga sampai pekan kedua, kami memperkirakan inflasi di bulan April ini akan berada di sekitar 0,2 persen month to month, kalau dihitung year on year dan tahunan rendah di 2,8 persen," ujar Perry.
Perry mengatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi terkendalinya inflasi pada bulan April. Faktor tersebut antara lain adalah adanya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui tim pengendali inflasi untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Di samping itu, Perry pun mengatakan ada proyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari kemampuan kapasitas produksi nasional. Sehingga ada kesenjangan output negatif. "Artinya, tekanan inflasi dari sisi permintaan itu terkendali."
Perry juga menyampaikan bahwa faktor lainnya yang membuat inflasi rendah adalah dari dampak rupiah. Perry meyakini dampak nilai tukar rupiah ke inflasi rendah. "Sebab, dalam konteks permintaan rendah rupiah itu memang sangat kecil ditransmisikan atau berpengaruh ke harga," tutur dia.
Terakhir, ia mengatakan faktor lainnya adalah terjangkarnya ekspektasi inflasi di masyarakat konsumen dan produsen, serta bagaimana Bank Indonesia menjaga kredibilitas kebijakan moneter.