TEMPO.CO, Jakarta - Di awal pekan ini, rupiah diprediksi masih berpotensi untuk kembali melemah. Masuknya rupiah ke zona merah ini diprediksi karena permintaan investor terhadap dolar AS masih tinggi.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar masih mencari aset investasi aman, yaitu dolar AS, seiring dengan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung dan mengancam pertumbuhan ekonomi seluruh negara.
Baca Juga:
"Rupiah berpotensi masih akan melemah di level Rp 16.400-Rp 16.600 per dolar AS," ujar Ibrahim melalui keterangan resmi, Senin 6 April 2020.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat 3 April 2020 lalu, rupiah parkir di level Rp16.430 per dolar AS terapresiasi 0,39 persen atau 65 poin. Ibrahim mengatakan, penguatan rupiah pada akhir pekan lalu didukung oleh positifnya data internal sehingga berhasil menahan sentimen buru dolar AS yang cenderung dilakukan oleh investor.
Dengan rendahnya suku bunga di berbagai bank sentral global terutama di AS, Eropa dan Asia, kata Ibrahim, menjadi daya tarik untuk pasar dalam negeri. Terlebih, suku bunga masih relatif tinggi sehingga pelaku pasar tampak kembali yakin terhadap prospek pasar keuangan dan perekonomian dalam negeri.
Hal itu terlihat dari mulai masuknya aliran modal asing (inflow) ke Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Mengacu data BI, pada periode 30 Maret-2 April 2020, terjadi net buy atau beli bersih di pasar keuangan domestik sebesar Rp3,28 triliun. Aliran modal masuk ini dominan berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN).
Aliran modal masuk melalui SBN tercatat Rp 4,09 triliun, sedangkan di pasar saham pada periode tersebut masih terjadi net sell (outflow) Rp820 miliar.
"Masuknya dana ke Indonesia ini mengartikan ada secercah harapan karena kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, Bank Indonesia, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan keyakinan kepada pasar," papar Ibrahim.
BISNIS