TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengkritik langkah pemerintah dalam memitigasi penyebaran virus corona (Covid-19) sehingga bisa masuk ke Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah pasien positif virus corona di dalam negeri, membuktikan bahwa pemeringtah telah gagal.
"Kita gagal mendeteksi di setiap bandara. Sadarilah kita lemah untuk menyeleksi corona ini," kata dia di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 12 Maret 2020.
Dia mengatakan, bahwa pada Januari lalu virus corona telah mewabah di Wuhan, Cina. Namun pada bulan tersebut, 181.300 wisatawan asal Negeri Panda berhasil masuk ke Indonesia "Jadi risikonya sangat besar," ujarnya.
Faisal Basri menuturkan, jika negara masih mempunyai anggaran yang cukup, lebih baik dana tersebut gunakan untuk memeriksa masyarakat guna mengetahui potensi keterjangkitan virus corona. "Coba berapa persen yg udah dites positif negatif corona oleh pemerintah? Berapa ribu? Nggak ada," tuturnya.
Faisal membandingkan dengan Korea Selatan yang telah menguji 400 ribu warga negaranya apakah negatif atau positif virus corona. "Nah kalau kita enggak tahu nih, potensinya berapa, kan ditesnya alatnya gak ada. Pemerintah cuma bilang jaga kesehatan ya, minum vitamin c," ungkapnya.
Kemudian Faisal juga merasa aneh dengan kebijakan insentif pariwasata yang akan digelontorkan Pemerintah dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke dalam negeri.
"Jadi kok jadi begini terus ngajak orang pariwisata, karena saat ini orang menahan untuk tidak berkumpul ramai-ramai menjauh dari karamaian, kita membuat kebijakan untuk mendekakan ke sumber virus corona, ayo tingkatan dapat virus maka saya akan kasih diskon pesawat. Saya bebaskan pajak hotel dan restoran," ungkap Faisal.
Hingga 11 Maret 2020, pemerintah mengumumkan ada 34 kasus positif Corona. Sebanyak 19 diantaranya merupakan imported case atau tertular dari luar negeri, dan satu kasus dari klaster ABK Diamond Princess.