TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rohan Hafas menyatakan pihaknya tengah memantau secara intensif debitor-debitor yang dinilai potensial terdampak wabah virus Corona.
Namun begitu, kata Rohan, Bank Mandiri belum berencana merevisi rencana bisnis bank (RBB). Bank pelat merah itu tetap menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8 persen sampai dengan 10 persen. Sementara rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) dijaga pada kisaran 2,1 persen sampai 2,3 persen.
Sejumlah debitor dari sektor usaha yang dinilai bakal terdampak mewabahnya virus mematikan itu di antaranya adalah sektor yang terkait komoditas, pariwisata, dan transportasi udara. Perseroan terus memantau kondisi kesehatan usaha bisnis debitor.
Selain itu, kata Rohan, Bank mandiri juga melakukan mitigasi risiko melalui pelaksanaan stress test untuk mengukur besarnya dampak virus Corona (Covid-19) terhadap kemampuan bayar debitor. "Hingga saat ini, kami belum ada rencana untuk melakukan revisi RBB, mengingat strategi yang disusun oleh Bank Mandiri masih cukup relevan," tuturnya, Selasa malam, 3 Maret 2020.
Tapi sebagai langkah preventif, menurut Rohan, Bank Mandiri telah menyiapkan beberapa skenario dampak Covid-19 terhadap kinerja keuangan Bank Mandiri.
Lebih jauh, Rohan menjelaskan, Bank Mandiri mendukung lima kebijakan baru Bank Indonesia sebagai langkah mitigasi akibat penyebaran virus Corona yang membuat ketidakpastian di pasar keuangan global semakin tinggi. Kebijakan itu diharapkan bisa menjaga nilai tukar rupiah dapat terjaga dan membuat Bank Mandiri tetap mampu memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan ekspor dan impor nasabah.
"Terkait kebijakan baru Bank Indonesia, kami mendukung upaya Bank Indonesia untuk melakukan penurunan GWM sebagai stimulus moneter bagi eksportir dan importir untuk menambah likuiditas valas maupun rupiah," kata Rohan.
BISNIS