TEMPO.CO, Jakarta - PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo menargetkan pendapatan premi asuransi migas senilai Rp 750 miliar pada tahun ini. Pelaksana tugas Direktur Utama Jasindo Didit Mehta Pariadi menjelaskan angka target itu kurang lebih sama dengan pencapaian tahun lalu.
"Di 2020 target kami gabungan (onshore dan offshore) masih pada angka yang kurang lebih sama," ujar Didit, Jumat, 28 Februari 2020.
Didit menjelaskan, kedua lini asuransi energi Jasindo itu menyumbang pendapatan relatif stabil. Kontribusi terbesar disumbang dari premi bruto asuransi offshore, yaitu mencapai 90 persen dari total nilai premi asuransi energi.
Data AAUI mencatat nilai klaim asuransi energi onshore pada tahun lalu melonjak dari posisi Rp 14 miliar di 2018 ke angka Rp 152 miliar di akhir tahun lalu. Kemudian klaim untuk polis energi offshore juga tercatat naik sebesar 129 persen dari Rp 529 miliar di 2018, menjadi Rp 1,21 trliun pada akhir tahun lalu.
Naiknya risiko diikuti dengan pertumbuhan bisnis. Tahun lalu premi asuransi energi onshore, tumbuh 210,6 persen dari posisi Rp 49 miliar akhir 2018 ke Rp 152 miliar di akhir tahun lalu. Sedangkan premi offshore turun dari Rp1,46 triliun menjadi Rp1,32 triliun.
Sebelumnya Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe menjelaskan kenaikan rasio klaim asuransi umum paling besar, tercatat dari lini usaha asuransi energi on shore, dari posisi 29,5 persen pada 2018, naik ke posisi 100,1 persen di akhir 2019 atau menjadi yang tertinggi dari seluruh lini usaha asuransi umum.
Dody menyebutkan, klaim asuransi energi merupakan perbandingan harga minyak dengan cost production. "Kalau harga minyak rendah itu biaya (operasional) tidak akan ter-cover, sehingga premi (asuransi) tidak terbayar. Kemudian klaim yang besar ini juga bawaan dari tahun sebelumnya yang belum selesai. Kalau harga minyak bagus ya premi juga akan naik," ujarnya.
BISNIS