TEMPO.CO, Jakarta - Bekas Menteri Keuangan Johannes Baptista Sumarlin atau JB Sumarlin dinilai banyak berperan dalam pusat kebijakan ekonomi dan keuangan, khususnya pada periode 1970 hingga 1998. Karena itu, Sumarlin banyak mengantongi penghargaan atas pengabdiannya.
"Kami di Kementerian Keuangan merasa berduka dan kehilangan sosok panutan dan berperan besar bagi perbaikan perekonomian di Indonesia pada akhir 1980an," ujar Pelaksana Tugas Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti dalam pesan singkat kepada Tempo, Kamis, 6 Februari 2020.
JB Sumarlin meninggal di Rumah Sakit Carolus, Jakarta, hari ini pukul 14.15 WIB.
Dilansir dari laman resmi Kementerian Keuangan, ada sejumlah penghargaan yang diraih Sumarlin. Antara lain Menteri Keuangan terbaik tahun 1989 oleh Euromoney dan tahun 1990 oleh majalah Asia. Ia juga pernah mendapat Bintang Mahaputra Adiprana III 1973 dan meraih Bintang Grootkruis in de Orde van Leopold II dari pemerintah Belgia tahun 1975.
JB Sumarlin adalah menteri di Kabinet Pembangunan V era Presiden Soeharto. Sumarlin menjabat sejak 21 Maret 1988 hingga 17 Maret 1993.
Sebelum masuk ke instansi pemerintahan, jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu pernah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan sempat bekerja di sebuah perusahaan industri di Jakarta. Di masa Revolusi Fisik, Sumarlin pernah berperan serta bergerilya sebagai anggota Palang Merah Indonesia, dan sebagai anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) di Jawa Timur.
Perjalanan karier Sumarlin di Kementerian Keuangan dirintis sejak melakukan Gebrakan Sumarlin I pada tahun 1987. Pada saat itu menjabat sebagai Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan ad Interim. Gebrakan Sumarlin I adalah pengetatan moneter dengan cara menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Langkah itu dilakukan pemerintah bersama Bank Indonesia untuk mengatasi perekonomian Indonesia yang menghadapi kesulitan. Gebrakan Sumarlin I berhasil menunjukkan perkembangan yang membaik dengan angka pertumbuhan 5,7 persen pada 1988 alias melebihi target rata-rata pertumbuhan 5 persen.
Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan Sumarlin untuk mendukung pengendalian inflasi dan memperkuat struktur perkreditan antara lain adalah Paket Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan dan Perbankan (Pako 1988), Paket Maret 1989, dan Paket Januari 1990.
Kebijakan ini malah menghasilkan ekspansi kredit perbankan yang berlebihan dan kurang selektif. Pada Maret 1991 Gebrakan Sumarlin II dikeluarkan. Gebrakan II ini mampu menahan laju inflasi hingga secara berangsur-angsur turun menjadi 4,9 persen pada 1992.
Berdasarkan informasi yang diterima Tempo, Sumarlin akan disemayamkan di rumah duka MRCC Siloam Semanggi lantai 36 pada pukul 18.00 WIB. Rencananya, Bekas Ketua Badan Pemeriksa Keuangan itu akan dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills pada hari Senin, 10 Februari 2020.
CAESAR AKBAR