TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan ini diprediksi bergerak variatif. Hal ini seiring dengan rencana Badan Pusat Statistik atau BPS untuk merilis data neraca perdagangan November 2019.
"IHSG berpotensi mixed seiring adanya kemajuan hubungan antara Cina dan AS. Selain itu, investor domestik tengah menunggu data neraca perdagangan," kata Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi di Jakarta, Senin 16 Desember 2019.
IHSG pagi ini dibuka melemah tipis ke posisi 6.197,31. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak naik 0,34 poin atau 0,03 persen menjadi 997,99.
Konsensus memperkirakan neraca perdagangan periode November 2019 defisit sebesar US$ 105 juta.
Sementara itu setelah kesepakatan perdagangan AS-Cina secara parsial menghasilkan beberapa detail. Adapun investor masih bertanya-tanya ke mana arah selanjutnya.
AS dan China sepakat untuk fase pertama dari kesepakatan perdagangan yang lebih luas pada hari Jumat 13 Desember 2019 lalu. Cina diduga akan meningkatkan impor, termasuk produk pertanian AS. Sementara AS mengurangi separuh bea atas barang-barang China senilai US$ 120 miliar.
Seiring dengan kondisi IHSG yang variatif, bursa saham regional Asia siang ini juga bervariasi. Indeks Nikkei melemah 30,4 poin atau 0,13 persen ke 23.992,7, Indeks Hang Seng melemah 44,4 poin atau 0,16 persen ke 27.643,4, dan Indeks Straits Times menguat satu poin atau 0,03 persen ke posisi 3.215,05.
ANTARA