Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro menyatakan pembangkit listrik EBT penting dalam ekosistem kendaraan listrik. "Sekarang sudah menggunakan kendaraan listrik, tapi listriknya belum mencerminkan keberpihakan pada renewable energy," ujarnya. Dia meminta PLN juga mempertimbangkan lebih banyak penggunaan energi bersih.
Selain PLN, ekosistem mobil listrik juga didukung PT Pertamina (Persero). "Pertamina akan masuk dalam bisnis baterai," ujar Vice President New and Renewable Energy Pertamina Kristiadi Winarto. Pertamina menyiapkan dua opsi yaitu membangun pabrik baterai dan bekerja sama dengan perusahaan baterai yang sudah memiliki pasar global. Target pasar baterai ini nantinya tak terbatas pada domestik melainkan juga pasar internasional.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan Indonesia juga mampu memproduksi kendaraan listrik sendiri. Dia mendukung kerjasama Grab Indonesia dengan produsen mobil Hyundai, Astra Hyundai Motor, serta produsen motor Gesits. Ketiga perusahaan itu menguji coba kendaraan listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyatakan kerjasama ini dijalin dengan investasi SoftBank senilai US$ 2 miliar untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. "Ini memungkinkan Grab dan pemerintah Indonesia mempersiapkan dan mendorong kemajuan dalam pemenuhan target terkait kendaraan listrik," ujarnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setyardi menyatakan langkah Grab ini dapat mempercepat implementasi Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Menurut dia, kendaraan umum serta motor listrik paling memungkinkan untuk segera didorong penggunaannya. "Kami mendorong operator angkutan umum termasuk taksi dan ojek online untuk menggunakan kendaraan listrik," ujarnnya.
YOHANES PASKALIS PAE DALE | VINDRY FLORENTIN