TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI memperkirakan sepanjang 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran 5,1 persen. Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayani menjelaskan pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang masih kuat.
"Dari sisi konsumsi pertumbuhan masih cukup kuat, dari dukungan belanja pemerintah untuk konsumsi khususnya di kelompok berpendapatan di bawah kan juga itu banyak," kata Destry kepada awak media di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin 2 Desember 2019.
Adapun di Istana Kepresidenan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi memperkirakan sepanjang tahun 2019, Indonesia hanya mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi antara 5,04-5,05 persen. Kendati demikian, pertumbuhan itu, kata Jokowi, patut disyukuri di tengah pertumbuhan ekonomi negara lain yang menurun.
Jokowi juga menyatakan bahwa mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada 2020 bukanlah hal yang mudah. Menurut dia, tahun depan kunci pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen ada pada investasi.
Selain itu, lanjut Destry sampai akhir tahun, pertumbuhan ekonomi juga diharapkan didorong oleh perbaikan iklim investasi. Hal ini diharapkan bisa mendorong ekonomi lewat datangnya investasi pada tahun ini tetapi juga tahun depan.
Destry juga menjelaskan transmisi penurunan tingkat suku bunga acuan BI sejak Juli 2019 kemarin diharapkan bakal mulai terasa tahun depan. Diharapkan, 1 hingga 3 bulan ke depan penurunan tingkat suku bunga bakal memberikan dampak terhadap pertumbuhan kredit.
Mantan Kepala Ekonomi Bank Mandiri ini juga tak menampik bahwa kondisi ekonomi global yang melambat dan ketidakpastian perang dagang juga memperparah kondisi ekonomi domestik. Apalagi Indonesia terdampak lewat batu bara yang menjadi salah satu komoditas utama ekspor ke beberapa negara.
"Jadi dari sisi eksternal memang ekonomi domestik menghadapi tekanan yang cukup tinggi. Untung saja program b20 udah jalan, jadi kalau kita lihat impor minyak dan gas itu turunya signifikan," kata Destry.