TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku industri asuransi jiwa menggencarkan strategi pemasaran dan penjualan premi via digital untuk mendongkrak kinerja tahun depan. Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Joos Louwerier mengatakan strategi ini menjadi kunci utama untuk mendapatkan nasabah, karena prosesnya yang bersifat mudah dan sederhana. “Kami menyederhakan produk-produk kami lalu bekerja sama dengan e-commerce, dan seluruh proses kami 90 persen lebih sudah digital,” ujar dia kepada Tempo, Ahad 1 Desember 2019. Industri Asuransi Jiwa Dokrak Penjualan Premi Serba Digita.
Allianz saat ini telah bekerja sama dengan platform Bukalapak untuk meluncurkan produk asuransi kesehatan pertama yang ditawarkan secara digital. Produk asuransi yang diberi nama ‘BukaProteksi Diri’ itu dapat dengan mudah dibeli, dan nasabah kemudian dapat melakukan pembayaran, penerimaan polis, dan melakukan klaim secara online.
Joos berujar dengan demikian kanal distribusi penjualan saat ini pun semakin luas, tak hanya dari agensi dan bancassurance. “Strategi ini juga sekaligus memudahkan upaya kami yang ini masuk menyasar kategori mass and emerging segments,” ucapnya. Adapun di tengah kondisi pelemahan ekonomi global yang diproyeksikan masih berlanjut, Joos tetap optimistis bisnis asuransi tahun depan akan lebih baik. “Terlebih proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas 5 persen, jadi industri prediksinya akan tetap tumbuh lebih dari itu.”
Hal senada juga dilakukan Zurich Insurance Group, yang baru saja mengakuisisi saham mayoritas milik PT Asuransi Adira Dinamika. Country Manager Zurich Indonesia, Chris Bendl menuturkan dana investasi sebesar US$ 30 juta telah disiapkan untuk mengembangkan kanal digital. “Tujuannya agar masyarakat mau membeli solusi produk kami tanpa hambatan,” kata dia.
Chris mengatakan selama setahun belakangan mereka telah menyusun rencana kerja untuk meningkatkan performa distribusi penjualan produk, sehingga dapat berkontribusi signifikan pada pendapatan berbasis komisi (fee base income). Tak hanya itu, ke depan Zurich menargetkan untuk berfokus pada produk asuransi di sektor ritel serta korporasi, serta menyiapkan produk asuransi syariah yang kini masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kepala Departemen Aktuari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Yanes Matulatuwa mengatakan tahun depan pendapatan premi asuransi jiwa diproyeksi tumbuh 10-14 persen. Menurut dia, faktor pendongkraknya adalah potensi demografis masyarakat Indonesia yang masih besar, serta tingkat penetrasi asuransi penduduk Indonesia yang mencapai 6,6 persen di kuartal III 2019.
Strategi perusahaan asuransi yang getol merambah kanal distribusi penjualan digital juga menjadi faktor pemicu perbaikan kinerja industri di 2020. “Kanal industri yang semakin bertambah akan memudahkan perusahaan menawarkan produk, sekaligus memberikan pemahaman akan manfaat asuransi kepada masyarakat,” ucapnya. “Terlebih untuk menggaet nasabah milenial.”
Adapun tahun ini AAJII memproyeksi total premi industri mencapai Rp 205,40 triliun, sedangkan tahun depan mencapai Rp 233,20 triliun. Kontribusi premi tahun depan masih ditopang oleh produk asuransi unitlink, seiring dengan perkembangan pasar dan iklim investasi dalam negeri.