Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan hingga saat ini sebagian besar pembangkit megaproyek 35.000 MW sedang masuk tahap konstruksi. Sebagian besar pembangkit tersebut akan melakukan COD pada 2023.
Pada tahun ini akan masuk dua pembangkit baru yakni PLTU Jawa-7 dan PLTU Jawa-8 dengan kapasitas total 2.000 MW. Saat ini kedua pembangkit tersebut sedang melakukan commisiong test dan kemungkinan bisa melakukan COD pada Desember 2019 atau mundur dari target awal yang pada Oktober 2019.
Menurutnya, mundurnya target COD kedua pembangkit tersebut tidak memiliki kaitan dengan demand. "Tidak ada masalah karena transmisi juga sudah, soal demand wong ini pembangkit murah," katanya.
Pada 2020, akan ada tambahan 5.000 MW pembangkit yang beroperasi. Jumlahnya akan terus menambah hingga 2023. Keseluruhan pembangkit 35.000 MW baru akan rampung total pada 2024. "2023 [paling banyak beroperasi] tetapi itu hampir sama mulainya dengan yang beroperasi 2020, 2021, 2022, dan 2023, karena pembangkit besar-besar dan melakukan PPA [power purchase agrement] pada 2017," katanya.
Sripeni mengakui demand atau kebutuhan listrik menjadi salah satu konsern PLN apabila nantinya seluruh pembangkit 35.000 MW beroperasi. Pasalnya, tanpa didukung dengan demand yang akan menyerap semua listrik yang diproduksi pembangkit tersebut, PLN akan mengalami permasalahan keuangan.
Menurutnya, lantaran hal tersebut PLN masih mereview perencanaan 2 persen pembangkit megaproyek 35.000 yang berkapasitas 734 MW untuk dikerjakan atau menyesuaikan dengan kondisi kebuituhan listrik setiap daerah.
Penyesuaian perencanaan pembangkit tersebut dituangkan dalam penyusunan Rencana USaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2020 - 2029.
"Kita membangun terus tidak ada demand padahal ada cost of fund. tadi 2 persen masih review, disesuaikan kembali kita lihat," katanya. Menurutnya, pengerjaan pembangkit megaproyek 35.000 MW sejauh ini tidak mengalami kendala, Sebaliknya, permasalahan justru terjadi pada pembangunan transmisi. Padahal, tanpa transmisi, lisrik yang diproduksi pembangkit tersebut tidak mampu sampai ke konsumen.
Pasalnya, pengerjaan pembangkit lebih cepat dibandingkan transmisi yang terkendala pada tahap pembangunan. Kendala yang ditemui yakni mulai dari kesiapan kontraktor berupa jumlah tenaga kerja di lapangan maupun keuangan.