INFO BISNIS - Perkembangan teknologi di era digital ini membawa banyak manfaat pada kehidupan manusia. Namun, seperti dua sisi mata uang, di balik manfaat yang ada, ternyata berbagai kejahatan pun berevolusi dan menghadirkan kerugian berkali lipat. Salah satu yang sering terjadi di dunia maya adalah kasus hacking.
Hacking adalah kegiatan memasuki sistem melalui sistem operasional lain yang dijalankan oleh Hacker. Tujuannya untuk mencari hole/bugs pada sistem yang akan dimasuki atau mencari titik keamanan sistem tersebut. Dalam tujuan negatif, istilah ini dikenal juga dengan Cracking.
Menurut Hosting Tribunal “Cybersecurity Statistic,” tiap 39 detik terjadi satu kasus hack di seluruh dunia. Jangankan perusahaan dengan sistem teknologi informasi yang rumit dan sudah terencana, individu seperti kita pun sering kali menjadi korban hack. Biasanya, lewat kamera HP, kamera laptop, virus, dan lain-lain.
Di Indonesia, tercatat 1,2 miliar serangan hack terjadi setiap hari. Berbagai jenis kasus pun bermunculan, mulai dari rekening pribadi yang dijebol, hingga data-data penting perusahaan yang dicuri.
Pada Maret 2019, tercatat 13 juta akun e-commerce di-hack, bahkan Edward Snowden mengatakan mantan Presiden SBY pun pernah disadap Australia. Belum lagi kasus Cambridge Analytica, yang mana 50.000.000 identitas di Facebook bocor secara ilegal atau upaya Amerika Serikat memata-matai lewat Project Optic Nerve, melalui National Security Agent (NSA).
Baca Juga:
Berbagai virus pun tercatat pernah mengguncang dunia maya, seperti Melisa Virus yang pernah menjangkiti 20% komputer dunia. Yang lebih besar lagi adalah kasus Stuxnet Attack, worm misterius yang menyerang program nuklir Iran.
Sayangnya, berbagai kasus peretasan di dunia maya ini sebagian besar terjadi dengan kondisi korban tidak menyadari bahwa ia sedang diretas. Semuanya terjadi secara diam-diam, seolah tidak ada apa pun yang terjadi.
Untuk mengatasi hal ini, kita perlu mengenal beberapa jenis hack atau peretasan yang kerap terjadi di dunia maya. Ada beberapa contoh seperti Virus, Clickjacking, Keylogger, Logicbomb, Fake Map, Cookie Theft, maupun Waterhole. Namun, yang paling sering kita temukan secara umum adalah Eavesdropping, DDOS, Phishing.
Eavesdropping adalah upaya peretasan dengan menanam virus di gadget yang dapat memata-matai kita lewat mic, keyboard, dan kamera untuk mencuri data-data pribadi kita. DDOS adalah upaya untuk membanjiri website dengan data yang banyak sekali sampai akhirnya website tersebut tutup. Biasanya ditujukan untuk menimbulkan kekacauan pada big data perusahaan.
Yang berikut dan paling sering ditemukan adalah kasus Phising, yang mana satu pihak menyamar menjadi perwakilan seseorang atau badan terpercaya lalu menawarkan hadiah atau bantuan, hingga membuat website tiruan. Tujuannya tetap sama, yaitu mengambil data para korban dan menggunakannya untuk kepentingan peretasan.
Menjelajah dunia maya itu layaknya berinteraksi dalam rumah pribadi. Seberapa besar upaya kita mengamankan rumah tersebut, tetap saja ada celah bagi para pencuri untuk masuk dan mencuri barang pribadi kita. Oleh karena itu, kunci utama agar hal ini tidak terjadi adalah dengan melakukan pencegahan yang dimulai dengan bersikap WASPADA.
Ilustrasi peretasan situs dan data. (Shutterstock)
Beberapa hal yang dapat kita lakukan terkait kewaspadaan di dunia maya, antara lain:
- Saat browsing: Selalu waspada terhadap website mencurigakan, misalnya dengan mengecek secara sederhana awalan https di alamat situs, bila hanya ‘http’ sudah selayaknya kita curigai. Selain itu, pastikan ada logo gembok sebagai peringatan dari browser. Yang terpenting, jangan melakukan transaksi pada website yang tidak aman, karena informasi pada kartu bisa dengan mudah diambil oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangi penggunaan wifi gratis atau fasilitas VPN gratis untuk berselancar di dunia maya.
- Saat buka file: Selalu ingat dari mana sumber file yang berlalu-lalang di email atau komputer kita. Selalu waspada terhadap nama-nama file yang aneh dan segala yang dikategorikan sebagai spam, jangan sembarangan membuka file. Terkait pemesanan transportasi atau belanja online, sebaiknya pastikan situsnya disertai https dan logo gembok. Selain itu, pastikan pembayaran disertai 3DSecure.
- Saat mendapat pesan: Jangan sembarangan membuka pesan dan klik tautan yang ada di dalamnya. Periksa lebih teliti. Password, PIN, kode OTP, username, maupun data pribadi lainnya tidak boleh kita bagikan secara sembarangan dan usahakan memiliki lebih dari satu password untuk setiap akun dunia maya yang kita miliki. Apabila menerima SMS berisi kode OTP lalu ada telepon dari yang mengaku sebagai pihak tertentu dan meminta kode OTP, yakinlah bahwa ini adalah penipuan.
Salah satu upaya lain terkait keamanan finansial kita adalah dengan memilih bank terpercaya. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) adalah salah satu bank yang paling serius dalam menanggapi berbagai kasus peretasan di dunia maya dan mengutamakan keamanan perbankan digital melalui Jenius.
Dengan aplikasi dan kartu debit, Jenius mengembalikan kendali perbankan kepada penggunanya dalam mengatur kehidupan dan keuangan melalui smartphone.
Jenius dari Bank BTPN adalah pionir di bidang perbankan digital dan tetap konsisten dalam melanjutkan inovasi dan transformasi untuk melayani segmen nasabah yang lebih luas. Bersama Bank BTPN yang terdaftar dan diawasi OJK serta dijamin oleh LPS, transaksi perbankan pun terjamin aman.(*)