TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. (Persero) Arviyan Arivin mengatakan untuk menjaga kinerja tahun ini, perusahaan akan mendorong ekspor produk batu bara berkalori tinggi atau high calorie value (HCV) ke pasar premium atau premium market. Ekspor tersebut dilakukan ke sejumlah negara non tradisional yang selama ini belum banyak digarap perusahaan.
"Untuk pasar ekspor memang kami melakukan penetrasi ke pasar non tradisional seperti Australia, Korea Selatan dan juga Jepang. Kami harap strategi ini bisa mempertahankan kinerja perusahaan," kata Arviyan saat mengelar konferensi pers di Hotel Ritz Charlton, Jakarta Selatan, Senin 28 Oktober 2019.
Adapun emiten berkode PTBA tersebut pada triwulan III 2019 tercatat masih mengalami pertumbuhan tipis 1,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Dikutip dari laporan kinerja keuangan, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 16,25 triliun dari sebelumnya Rp 16,03 triliun.
Meski pendapatan meningkat, laba bersih usaha tercatat mengalami penurunan sepanjang triwulan III 2019. Menurut laporan kinerja perseroan, laba perusahaan pada triwulan III turun menjadi Rp 3,1 triliun atau sebesar 21,7 persen dari sebelumnya Rp 3,9 triliun.
Menurut Arviyan, harga batu bara di pasar yang belum membaik selama tiga triwulan berturut-turut pada 2019 ikut membebani kinerja perusahaan. Meski pendapatan perusahaan meningkat, laba besih setelah pajak perusahaan ikut tergerus.
Arviyan optimis perusahaan masih bisa mencatatkan laba sampai akhir tahun. Meski enggan memberikan perkiraan, dia mengatakan optimis strategi ekspor produk batu bara HCV ke pasar non tradisional akan membantu menopang kinerja usaha.
"Saya yakin sampai akhir tahun, kinerja akan tetap baik dengan terus melakukan efisiensi dan strategi penjualan produk batu bara berkalori tinggi," kata Arviyan.
Direktur Penjualan Bukit Asam Adib Ubaidillah menambahkan sepanjang 2019 produk HCV telah terjual sekitar 3 juta ton lebih. Sedangkan pada 2020, perusahaan juga menargetkan bakal menjual sekitar 3 juta ton HCV. "Tahun depan, HCV kami sekitar 50 persen sudah dipesan dan akan dikirim ke Australia, Vietnam dan Industri baja di Malaysia. Cina kami hindari karena ada perang dagang," kata Adib.
Untuk mempertahankan kinerja tahun depan, penjualan batu bara akan difokuskan pada kontrak pembelian jangka panjang. Kontrak tersebut tak hanya bagi negara tujuan ekspor yang butuh HCV tetapi juga kebutuhan domestik yang harus menggunakan produk batu bara HCV.