TEMPO.CO, Jakarta - The Royal Swedish Academy of Sciences memberikan penghargaan Sveriges Riksbank in Economic Science alias Nobel Ekonomi tahun 2019 kepada tiga orang ekonom yang mengajar di kampus di Amerika Serikat. Ketiga ekonom tersebut yaitu Abhijit Banerjee dan Esther Duflo dari kampus Massachusetts Institute of Technology (MIT), Cambridge dan Michael Kremer dari Universitas Harvard.
“Penghargaan atas pendekatan eksperimental dalam riset mereka untuk mengurangi kemiskinan global,” tulis pihak The Royal Swedish Academy of Sciences di Swedia dalam keterangan di laman resmi mereka, Senin, 14 Oktober 2019.
Panitia Nobel menilai, riset yang dikerjakan oleh ketiga ekonom tersebut mampu meningkatkan kemampuan dunia untuk melawan kemiskinan.
Menurut mereka, salah satu isu kemanusiaan yang paling urgen saat ini adalah mengurangi kemiskinan global dalam segala bentuk. Sebab, lebih dari 700 juta manusia masih hidup dengan pendapatan yang sangat rendah.
Selain itu, setiap tahunnya, sekitar 5 juta anak-anak di bawah umur 5 tahun meninggal dunia karena penyakit, tanpa pernah mendapatkan pencegahan atau pengobatan. Terakhir, setengah dari anak-anak di dunia putus sekolah tanpa kemampuan dasar angka dan literasi.
Baca juga:
Ketiga ekonom ini pun menghadirkan pendekatan eksperimental dengan memecah persoalan kemiskinan tersebut menjadi lebih kecil agar lebih mudah dikelola. Ekonom asal Amerika Serikat, Michael Kremer dan koleganya misalkan, pada pertengahan 1990, mendemonstrasikan bagaimana pendekatan ini sangat berdampak untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kenya Barat, Afrika.
Sementara itu, Banerjee yang lahir di India dan Duflo dari Perancis pun juga melakukan studi yang serupa untuk beragam isu di negara lainya. Riset lewat pendekatan eksperimental yang mereka lakukan pun sekarang mendominasi keseluruhan perkembangan ilmu ekonomi pembangunan. Salah satu implementasi hasil riset ini diterapkan di beberapa negara, salah satunya lewat kebijakan subsidi kesehatan.
Salah satu pemenang Nobel, Duflo, mengatakan bahwa pendekatan eksperimental ini berawal ide bahwa banyak orang yang ingin membantu mengurangi kemiskinan, tidak mengerti akar masalah sebenarnya. “Apa yang kami coba lakukan dalam pendekatan ini adalah, ‘mari lihat masalahnya satu demi satu, lalu selesaikan secara saintifik,” kata dia, dikutip dari laman resmi Reuters.
FAJAR PEBRIANTO | REUTERS