Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2019 secara kumulatif mencapai US$ 110,07 miliar atau menurun 8,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Dari angka itu, nilai ekspor nonmigas paling besar mencapai US$ 101.480 miliar.
Selama Januari-Agustus 2019, Cina menjadi negara tujuan utama ekspor RI dengan nilai mencapai US$ 15.947,9 juta atau 15,71 persen. Posisi kedua diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$ 11.513,5 juta atau 11,35 persen dan Jepang dengan US$ 9.091,5 juta (8,96 persen). Adapun komoditas utama yang diekspor ke Cina pada periode tersebut adalah batubara, lignit, dan minyak kelapa sawit
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya mengatakan ada tiga kebijakan yang dibutuhkan agar Indonesia bisa terhindar dari ancaman resesi yang diprediksi oleh Bank Dunia. Ketiganya yaitu meningkatkan ekspor, mengendalikan impor, dan menggenjot investasi.
“Indonesia akan survive (bertahan) kalau ekspor dan investasi ada, lalu 265 juta masyarakat Indonesia tidak jadi pasar semata dan dibanjiri produk luar,” kata Enggar saat menghadiri acara peluncuran program “From Local Go Global” di Mall Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 6 Oktober 2019.
Untuk menggenjot investasi, Enggar dan sejumlah menteri telah berkomitmen memangkas sejumlah perizinan yang dianggap menghambat masuknya arus modal. Sementara untuk meningkatkan ekspor, salah satu upaya dilakukan lewat program “From Local Go Global” ini.
ANTARA