Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sriwijaya Air Klaim Pesawatnya Aman Terbang Lagi

Reporter

image-gnews
Dari kiri, Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility Tazar Marta Kurnianawan, Direktur Utama PT Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo, dan Pelaksana tugas Direktur Utama PT Sriwijaya Air Jefferson I. Jauwena menyepakati kelanjutan kerja sama manajemen atau KSM antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air setelah kedua entitas itu mengalami perselisihan. Kesepakatan ulang ini dilakukan di kantor pusat Garuda Indonesia, Cengkareng, pada Selasa, 1 Oktober 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Dari kiri, Direktur Utama PT Garuda Maintenance Facility Tazar Marta Kurnianawan, Direktur Utama PT Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo, dan Pelaksana tugas Direktur Utama PT Sriwijaya Air Jefferson I. Jauwena menyepakati kelanjutan kerja sama manajemen atau KSM antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air setelah kedua entitas itu mengalami perselisihan. Kesepakatan ulang ini dilakukan di kantor pusat Garuda Indonesia, Cengkareng, pada Selasa, 1 Oktober 2019. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Iklan

TEMPO.CO, JakartaSriwijaya Air Group mengklaim telah menyelesaikan masa transisi operasional setelah kerja sama manajemen dengan Garuda Indonesia Group kembali dilanjutkan. Namun belum semua pesawat Sriwijaya Air bisa beroperasi.

Direktur Kualitas, Keselamatan, dan Keamanan Sriwijaya Air Group Toto Soebandoro mengatakan, hingga saat ini jumlah pesawat yang dioperasikan sebanyak 12 unit dari total 30 unit. Perinciannya sebanyak 10 unit digunakan untuk operasi normal, sedangkan 2 unit hanya disiagakan sebagai cadangan.

"Seluruh pesawat tersebut sudah di-handdle oleh GMF Aero Asia, jadi aspek keselamatannya sudah terpenuhi. Saat ini bisa dibilang sudah normal operation," katanya Kamis, 3 Oktober 2019.

Dia menambahkan hazard identification and risk asessment (HIRA) yang menjadi temuan Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan sudah tidak ada. Sebelumnya, Sriwijaya Air Group, yang membawahi Sriwijaya Air dan NAM Air, mendapatkan skor 4A pada sejumlah identifikasi hazard.

GMF yang kembali memberikan dukungan perawatan pesawat, lanjutnya, menjadi faktor utama yang menyebabkan HIRA menjadi nihil. Terlebih, yang menjadi masalah sebelumnya adalah akibat dari penghentian layanan dari perusahaan perawatan pesawat anak usaha Garuda Indonesia Group tersebut.

Dia menegaskan masa transisi tidak membutuhkan waktu yang lama karena masalah keterbatasan maskapai dalam melakukan perawatan pesawat, stok suku cadang, dan jumlah teknisi berkualifikasi tinggi yang sedikit sudah terpenuhi kembali.

"Tidak ada lagi yang dibutuhkan, jadi [masa transisi] tidak perlu waktu lama. GMF sudah memberikan pelayanan secara penuh kembali," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan dokumen surat 001/EXT/PLT-DZ/X/2019 yang diterima Bisnis.com, Sriwijaya diketahui membentuk penanggung jawab khusus untuk menangani masa transisi manajemen dan pemulihan operasi sejak 1 Oktober 2019.

Dalam surat tersebut tertulis, saat ini maskapai Sriwijaya Air perlu perhatian khusus untuk melakukan proses transisi manajemen dan pemulihan operasional secara insnetif, agar dapat memenuhi aspek keamanan dan keselamatan penerbangan guna memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

Adapun, susunan penanggung jawab antara lain Fadjar Semiarto sebagai Plt Direktur Utama sekaligus Direktur Operasi, Romdani Ardali sebagai Direktur Teknik, Joseph Dajoe K. Tendean sebagai Direktur Niaga, Elisabeth Enny Kristiani sebagai Direktur Keuangan, Jefferson I. Jauwena sebagai Plt. Direktur Human Capital, serta Toto Soebandoro.

Temuan yang menjadi penilaian risiko pada HIRA sebelumnya antara lain mencakup aspek faktor operasional, faktor teknis, serta faktor keselamatan dan keamanan. Faktor operasional yang menjadi sorotan antara lain dampak akibat keterlambatan jadwal dan pembatalan penerbangan, mengurangi kesadaran akan keselamatan, dan mengurangi produktivitas.

Faktor teknis seperti kekurangan personil perawatan pesawat yang berkualifikasi sehingga mengurangi tingkat keandalan dan berisiko kelelahan, keterbatasan suku cadang, peralatan, dan perlengkapan pendukung, serta adanya pesawat yang tidak dioperasikan karena alasan teknis (aircraft on ground).

Selanjutnya, pada faktor keselamatan dan keamanan adalah kenaikan laporan bahaya, kenaikan jumlah penyimpangan (irregularities), kenaikan keluhan, hingga kenaikan risiko insiden (incident).

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

1 hari lalu

Ilustrasi pesawat. Sumber: getty images/mirror.co.uk
Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.


Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

2 hari lalu

Tony Fernandes. REUTERS/Romeo Ranoco
Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

Tony Fernandes ditunjuk sebagai penasihat dan pengurus Grup Chief Executive Officer (Advisor and Steward Group Chief Executive Officer) AirAsia.


Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

6 hari lalu

Ilustrasi pesawat parkir di bandara. REUTERS
Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

Awalnya, pesawat tidak dicat, hanya menampilkan bodi aluminium yang dipoles. Namun, tren berubah sejak 1970-an.


Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

7 hari lalu

Orang-orang berkumpul saat militer Israel memamerkan apa yang mereka katakan sebagai rudal balistik Iran yang mereka ambil dari Laut Mati setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, di pangkalan militer Julis, di Israel selatan 16 April 2024. REUTERS/Amir Cohen
Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

Usai dugaan serangan Israel ke Iran, sejumlah maskapai penerbangan mengubah rute.


Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

7 hari lalu

Ilustrasi Kursi Pesawat atau bangku pesawat (Pixabay)
Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

Selama ini perbedatan tentang merebahkan kursi pesawat memang sedikit meresahkan. Maskapai penerbangan mulai mengganti kursi yang lebih ringan


Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

10 hari lalu

Maskapai penerbangan SAS. Instagram.com/@flysas/@bravojulietspotting
Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

Salah satu penumpang merasa antusias mengikuti penerbangan yang memberikan pengalaman unik


Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

13 hari lalu

Qantas Airlines. Appointmentgroup
Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

Penerbangan Australia, Qantas Airways, menyusul Lufthansa, menangguhkan penerbangan hingga mengalihkan rute akibat ancaman balasan Iran ke Israel.


Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

18 hari lalu

Ilustrasi pesawat komersil parkir di bandara.  REUTERS/Ivan Alvarado
Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

Bandara Dublin menerapkan aturan keamanan baru di sisi airside


Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

19 hari lalu

Ilustrasi pesawat (Pixabay)
Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

Beberapa maskapai penerbangan bahkan menawarkan pengalaman khusus untuk perjalanan gerhana matahari total.


Mengapa Bisa Terjadi Perut Kembung Saat Penerbangan dan Apa Saja Dampaknya?

24 hari lalu

Ilustrasi perut kembung. Sina.com
Mengapa Bisa Terjadi Perut Kembung Saat Penerbangan dan Apa Saja Dampaknya?

Perut kembung pada saat bepergian dengan penerbangan pesawat kerap terjadi karena perubahan tekanan udara dan pola makan.