TEMPO.CO, Jakarta – On time performance atau ketepatan waktu maskapai Sriwijaya Air merosot dalam beberapa hari ini. Berdasarkan data perseroan per 27 September 2019 yang diterima Tempo, OTP Sriwijaya di Bandara Internasional Soekaro-Hatta hanya berkisar 46,67 persen.
“Biasanya, OTP maskapai Sriwijaya di atas 80 persen,” kata Senior Manager Corporate Governance Sriwijaya Air Pritanto Ade Saputro saat ditemui Tempo di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat, 2 September 2019.
Pada hari sebelumnya, Pritanto mengatakan OTP perseroan berkisar di angka 60 persen. Ia menengarai melorotnya tingkat ketepatan waktu maskapai terjadi karena beberapa hal. Selain faktor kabut asap, OTP Sriwijaya menurun setelah perusahaan ini didera gejolak bisnis dengan Garuda Indonesia.
Hubungan kedua entitas bisnis tersebut memanas mulai bulan lalu. Garuda Indonesia Group mengalami dispute dengan Sriwijaya setelah maskapai yang didirikan Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim itu merombak jajaran direksi. Dalam rapat RUPSLB Agustus lalu, perusahaan memutuskan mengangkat direktur utama dan komisaris utama yang baru.
Sementara itu, tiga perwakilan dari Garuda Indonesia yang ditempatkan di Sriwijaya Air didepak. Ketiganya adalah Direktur Utama Joseph Andriaan Saul, Direktur Sumber Daya Manusia, dan Direktur Komersial Joseph K. Tendean.
Setelah insiden perombakan direksi, Garuda Indonesia memutuskan untuk mencabut semua logonya yang semula terpasang pada armada Sriwijaya Air.
Sengketa Garuda Indonesia dan Sriwijaya ditengarai tak hanya berampak pada penurunan OTP. Namun juga jumlah operasional pesawat. Dalam salinan data fleet Sriwijaya Air yang diterima Tempo per 27 September 2019, total pesawat perseroan yang beroperasi pada hari itu tinggal 11.
Sedangkan pesawat Sriwijaya seluruhnya berjumlah 30 unit. Normalnya, 27 pesawat beroperasi setiap hari. Namun saat ini ada sekitar 18 maskapai di-grounded dan satu sisanya diposisikan sebagai cadangan.
Pritanto berharap manajemen segera mengambil langkah untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Ia menginginkan Sriwijaya kembali memperbaiki hubungan KSM-nya dengan Garuda Indonesia untuk menyelamatkan perusahaan. “Kalau kami (karyawan) minta Sriwijaya tak putus KSM,” tuturnya.
Tempo telah mencoba menghubungi Komisaris Sriwijaya Air Air Jefferson Irwin Jauwena melalui telepon dan pesan pendek untuk mengkonfirmasi masalah ini. Namun, ia tidak merespons. Tempo juga menghubungi Direktur Komersial Sriwijaya Rifai Taberi. Namun, ia juga tak memberikan jawaban.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA