Dalam kegiatan ini, berbagai ide kreatif generasi milenial di bidang pertanian yang berorientasi profit di tampung. Nantinya dua belas tim terbaik dari setiap PTN akan mendapat kesempatan memaparkan idenya secara langsung di hadapan dewan juri.
Tiga ide bisnis terbaik akan memperoleh dana untuk pengembangan bisnis dan mendapat mentoring khusus langsung dari pimpinan perusahaan di bidang pertanian dan agroindustri.
Di zaman digital ini, kata Dekan Pertanian UGM, Dr. Jamhari, kaum milenial bisa menggarap sektor pertanian. Salah satunya membuat aplikasi desa apps yang bisa dimanfaatkan oleh para petani untuk berkonsultasi.
Ia menambahkan, dunia pertanian menghadapi beragam persoalan. Salah satunya adalah minimnya minat generasi muda untuk terjun ke bidang pertanian. Maka menjadi tantangan untuk mengajak generasi muda menekuni sektor ini.
“Fakultas Pertanian UGM memiliki Agroenterpreunership Education Program (AEP). Program pendidikan kewirausahaan hasil kerja sama dengan Kagama Pertanian. Diharapkan dapat melahirkan banyak pelaku socioenterpreunership terutama di bidang pertanian,” kata dia.
Sementara Kepala Bidang Kelembagaan dan Ketenagaan Pendidikan BPPSDMP (Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian) Kementerian Pertanian Inneke Kusumawati berharap ke depan dapat tumbuh lebih banyak lagi petani muda yang terdidik.
“Perguruan tinggi diharapkan dapat mencetak petani-petani milenial berkualitas yang nantinya akan berkontribusi dalam pembangunan pertanian. Untuk menarik minat generasi milenial ke bidang pertanian bukanlah hal mudah,” kata dia.
Sebab selama ini imej petani selalu diidentikkan dengan pekerjaan yang kurang menguntungkan. Karenanya penting untuk mengubah imej tersebut dimata generasi muda. “Kiat harus buat imej bertani itu keren, milenial,” kata dia.