TEMPO.CO, Manado - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Singapura merupakan negara tujuan utama ekspor nonmigas Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada Agustus 2019.
"Posisi teratas negara tujuan ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada Agustus 2019 adalah Singapura, yakni senilai 10,32 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau 18,68 persen dari total nilai ekspor nonmigas di daerah tersebut," kata Kepala BPS Sulut Ateng Hartono di Manado, Senin 23 September 2019.
Adapun produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut perhiasan/Permata/Pearls, precious and semi precious stone.
Meski masih mendominasi ekspor di bulan Agustus, penjualan perhiasan ke Singapura menurun 86,57 persen dibandingkan bulan sebelumnya (m-to-m).
Nilai ekspor nonmigas Sulut pada bulan Agustus 2019 tercatat mengalami penurunan nilai sebesar 19,87 persen dibandingkan Juli 2019 yang senilai 68,96 juta dolar AS (m-to-m), demikian pula bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2018 (yon-y) mengalami penurunan, sebesar 25,96 persen.
Komoditi ekspor pada bulan ini masih tetap didominasi oleh minyak dan lemak nabati. Sumbangan golongan ini terhadap total ekspor sebanyak 39,48 persen.
Nilai ekspor dari golongan barang HS 15 ini mengalami penurunan nilai FOB sebesar 36,34 persen dari bulan sebelumnya (m-to-m).
Pada bulan Agustus, komoditi pada golongan barang ini diekspor ke enam negara, yaitu Tiongkok, Jepang, Malaysia, Belanda, dan Amerika Serikat.
Pada Agustus 2019, Pelabuhan Bitung kembali menjadi menjadi gerbang ekspor barang asal Sulawesi Utara yang paling besar nilainya, yaitu 18,18 juta dolar AS (32,89 persen dari total ekspor).
Pada posisi kedua, barang ekspor asal Sulawesi Utara melalui pelabuhan Tanjung Priok, yaitu senilai 13,33 Juta dolar AS (24,13 persen). Nilai ekspor dari pelabuhan Bitung menurun sebesar 46,41 persen, sementara dari pelabuhan Tanjung Priok meningkat 5,18 persen.